ISU KOMTEMPORER PENDIDIKAN ISLAM
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mid Smester
Mata Kuliah: Supervisi Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr. Masturin, M.Ag.
Disusun Oleh:
Muhammad ........................
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TARBIYAH/PAI
20XXX
Soal !
1. Jelaskan perbedaan supervisi pendidikan dengan supervisi perusahaan
2. Jelskan macam-macam supervisi pendidikan dan berikan contohnya
3. Sebutkan 10 tokoh supervisi pendidikan dan ide-ide pokoknya
4. Jelaskan secara kongkrit kelebihan dan kelemahan supervisi pendidikan
5. Sebutkan pendekatan dan tehnik supervisi pendidikan dan beriakan contoh apikasi penerapannya
6. Bagaimana cara menggugah guru supaya mau disupervisi ? dan jelakan skema jendela johari window untuk meyakinkan guru ,bahwa mereka perlu disupervisi
7. Bagaimana perkembanagan supervisi pendidikan mulai tahun 1900 hingga dengan kini ?
8. Jelaskan 8 peranan supervisor berdasarkan Willes dan Bondy dan masing-masing berikan contohnya
9. Sebutkan model-model supervisi dan jelaskan model-model tersebut
10. Apa yang anda ketahui ihwal supervisi kontemporer?
JAWAB :
1. Jelaskan perbedaan supervisi pendidikan dengan supervisi perusahaan
Dilihat dari sudut etimologi “supervisi” berasal dari kata “super” dan “vision” yang masing-masing kata itu berarti atas dan penglihatan. Kaprikornus supervisi pendidikan sanggup diartikan sebagai penglihatan dari atas. Melihat dalam hubungannya dengan duduk masalah supervisi sanggup diartikan dengan menilik, mengontrol, atau mengawasi.
Supervisi ialah training yang diberikan kepada seluruh staf sekolah supaya mereka sanggup meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang lebih baik. Orang yang melaksanakan supervisi disebut dengan supervisor.
Dalam Dictionary of Education, Good Carter (1959) memperlihatkan pengertian bahwa supervisi yaitu perjuangan dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru, merevisi tujuan-tujuan pendidikan, materi pengajaran, metode, dan penilaian pengajaran (Sahertian,2008: 17).
Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball Wiles (1967) sebagai berikut :“Supervision is assistance in the devolepment of a better teaching learning situation”. Supervisi yaitu pertolongan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang lebih baik.Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan situasi berguru mengajar (goal, material, technique, method, teacher, student, an envirovment). Supervisi pendidikan yaitu training yang berupa bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan berguru dan berguru pada khususnya. Supervisi sanggup kita artikan sebagai pembinaan. Sedangkan sasaran training tersebut bisa untuk kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha. Namun yang menjadi sasaran supervisi diartikan pula training guru.4
Karakteristik supervisi pengajaran, berbeda dengan supervisi pada industri manufaktur atau jenis pekerjaan lainnya. Faktor pertama yang menimbulkan perbedaan tersebut, yaitu dari segi karakteristik pekerjaanyang disupervisi. Pekerjaan mengajar tentu tidak sanggup disamakan dengan pekerjaan manual di perusahaan, lantaran mengajar yang dihadapai yaitu peserta didik, melibatkan unsur intelektual dan emosional, sehingga sifat pekerjaannya tidak rutin. Kata kunci dalam supervisi pengajaran bukanlahpengawasan, namun pertolongan pada guru untuk meningkatkan pembelajaran.
Perbedaan supervisi pengajaran dengan supervisi pada perusahaan, juga sanggup ditemukan pada aspek tujuan. Supervisi pengajaran tujuan kesannya tidak hanya pada kinerja guru, namun harus hingga pada meningkatkan hasil pembelajaran peserta didik. Seperti ditegaskan oleh Glickman (1981) bahwa supervisi pengajaran yaitu serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses berguru mengajar demi pencapaian tujuan pengajaran. Inilah tujuan ideal dari supervisi pengajaran. Apabila konsep-konsep ideal tersebut dilaksanakan, maka sanggup diharapkan kualitas pendidikan di Indonesia akan meningkat secara signifikan.
Idealita supervisi pengajaran tersebut, praktiknya di lapangan selama ini masih jauh dari harapan. Berbagai hambatan baik yang disebabkan oleh aspek struktur birokrasi yang rancu, maupun kultur kerja dan interaksi supervisor dengan guru yang kurang mendukung, telah mendistorsi nilai ideal supervisi pengajaran di sekolah-sekolah. Apa yang selama ini dilaksanakan oleh para Pengawas Pendidikan, belum bergeser dari nama jabatan itu sendiri, yaitu sekedar mengawasi.
2.Jelskan macam-macam supervisi pendidikan dan berikan contohnya
Jawab :
Sasaran Supervisi Ditinjau dari objek yang disupervisi, ada 3 macam bentuk supervisi:
1. Supervisi Akademik
Menitikberatkan pengamatan supervisor pada masalah-masalah akademik, yaitu hal-hal yang berlangsung berada dalam lingkungan kegiatan pembelajaran pada waktu siswa sedang dalam proses mempelajari sesuatu
2. Supervisi Administrasi
Menitikberatkan pengamatan supervisor pada aspek-aspek manajemen yang berfungsi sebagai pendukung dan pelancar terlaksananya pembelajaran.
3. Supervisi Lembaga
Menyebarkan objek pengamatan supervisor pada aspek-aspek yang berada di sekolah. Supervisi ini dimaksudkan untuk meningkatkan nama baik sekolah atau kinerja sekolah secara keseluruhan. Misalnya: Ruang UKS (Unit Kesehatan Sekolah), Perpustakaan dan lain-lain.
3.Sebutkan 10 tokoh supervisi pendidikan dan ide-ide pokoknya
Jawab :
1.Good Carter memberi pengertian supervisi yaitu perjuangan dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas lainnya, dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran, dan metode mengajar dan penilaian pengajaran.
2.Boardman et. Menyebutkan Supervisi yaitu salah satu perjuangan menstimulir, mengkoordinir dan membimbing secarr kontinyu pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individual maupun secara kolektif, supaya lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran dengan demikian mereka sanggup menstmulir dan membimbing pertumbuan tiap-tiap murid secara kontinyu, serta bisa dan lebih cakap berpartsipasi dlm masyarakat demokrasi modern.
3.Wilem Mantja (2007) menyampaikan bahwa, supervisi diartikan sebagai kegiatan supervisor (jabatan resmi) yang dilakukan untuk perbaikan proses berguru mengajar (PBM). Ada dua tujuan (tujuan ganda) yang harus diwujudkan oleh supervisi, yaitu; perbaikan (guru murid) dan peningkatan mutu pendidikan
4.Menurut Kimball Wiles (1967)Konsep supervisi modern dirumuskan sebagai berikut : “Supervision is assistance in the development of a better teaching learning situation”.
5.Ross L (1980), mendefinisikan bahwa supervisi yaitu pelayanan kapada guru-guru yang bertujuan menghasilkan perbaikan pengajaran, pembelajaran dan kurikulum.
6.Menurut Purwanto (1987), supervisi ialah suatu kegiatan training yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah dalam melaksanakan pekerjaan secara efektif.
7.God Carter Dari uraian definisi supervisi diatas, maka sanggup dipahami para pakar menguraikan defenisi supervisi dari tinjauan yg berbeda-beda.God Carter melihatnya sebagai perjuangan memimpin guru-guru dalam jabatan mengajar, Boardman. Melihat supervisi sebagai lebih sanggup berpartisipasi dlm masyarakat modern. Willem Mantja memandang supervisi sebagai kegiatan untuk perbaikan
(guru murid) dan peningkatan mutu pendidikan. Kimball Wiles beranggapan bahwa faktor insan yg mempunyai kecakapan (skill) sangat penting untuk membuat suasana berguru mengajar yg lebih baik. Ross L memandang supervise sebagai pelayanan kapada guru-guru yang bertujuan menghasilkan perbaikan. Sedangkan Purwanto (1987) memandangkan sebagai training untuk membantu para guru dan pegawai sekolah dalam melaksanakan pekerjaan secara efektif.
8.dan 9 . Wiles dan bondi menegaskan bahwa pada pertengahan era 18 hingga dengan era 19 , supervis pendidikan hanyalah inpeksi. Pada tiga tahun pertma dari era 20 pendidikan di Amerika bnyak diperngaruhi oleh model- model mangemen industry yang disebut menagemen ilmiah. Pada ketika ini pro mangemen lebih ditekan pada korelasi kemanusiaan.
Gerakan ini juga mensugesti supervise pengajaran,maka pada ketika ini yang berlaku yaitu supervise kooperatif. Selanjutnya pada tahun 1955 ,supervise yaitu pengembangan pengembangan kurikulum, sehingga kiprah supervisor pada ketika ini yaitu terfokus pada pengembangan kurikulum sebagi keseluruhan pengalaman belajar. Akhirnya pada pada tahun 1980-an hingga kini acara supervisi lebih ditakankan pada pengelolaan pengajaran. Di sini kiprah supervisor yaitu membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola pengajaran.[ ]
10. Mulyasa (2006) supervisi sesungguhnya sanggup dilaksanakan oleh kepala sekolah yang berperan sebagai supervisor, tetapi dalam sistem organisasi modern diharapkan supervisor khusus yang lebih independent, dan sanggup meningkatkan obyektivitas dalam training dan pelaksanaan tugas.
11. Kimball Wiles (1967) Konsep supervisi modern dirumuskan sebagai berikut : “Supervision is assistance in the development of a better teaching learning situation”. Kimball Wiles beranggapan bahwa faktor insan yg mempunyai kecakapan (skill) sangat penting untuk membuat suasana berguru mengajar yg lebih baik[. ]
4.Jelaskan secara kongkrit kelebihan dan kelemahan supervisi pendidikan
Jawab :
Kelemahan Dan Kelebihan Teknik – Teknik Dalam Pelaksanaan Supervisi
1. Kelemahan Teknik – Teknik Dalam Pelaksanaan Supervisi
Perlu biaya yang banyak, waktu yang tepat, sekolah jadi kurang efektif.
Perlu penyediaan waktu yang tepat
Tidak mencerminkan keadaan sehari-hari
Kurang demokratis
Mengganggu kelas lain dalam KBM, kelas sendiri ditinggalkan
Agak sulit memilih dan cukup menyita waktu
Agak sulit menemukan waktu
Guru merasa canggung dan kurang bebas
2. Kelebihan Teknik – Teknik Dalam Pelaksanaan Supervisi
Dapat mengetahui kelebihan yang sanggup dikembangkan, mengetahui kelemahan untuk perbaikan, memperlihatkan saran sesuai dengan kebutuhan
Bantuan diberikan kepada seluruh guru dalam satu kali pertemuan, pertukaran pikiran secara umum
Hal-hal yang baik sanggup dijadikan contoh, hal yang kurang sanggup didiskusikan
Dapat memperlihatkan bimbingan aktual
Guru sanggup menandakan hasil usahanya
Dapat melayani kebutuhan khusus setempat
Dapat mengetahui kelebihan yang sanggup dikembangkan, mengetahui kelemahan untuk perbaikan, memperlihatkan saran sesuai dengan kebutuhan.[ ]
5. Sebutkan pendekatan dan tehnik supervisi pendidikan dan beriakan contoh apikasi penerapannya
Jawab :
• Macam-macam pendekatan:
1. Pendekatan direktif (langsung)
Pendekatan ini lahir dari teori psikologi behaviorisme yaitu segala perbuatan berasal dari rileks, atau respon terhadap rangsangan / stimulus. Maka dari itu guru yang mempunyai kekurangan perlu diberikan rangsangan supaya ia bisa bereaksi dengan penguatan (reinforcement) atau eksekusi (punishment). Adapun yang dimaksud dengan pendekatan direktif yaitu cara pendekatan terhadap duduk masalah ang bersifat langsung. Supervisor memperlihatkan kode eksklusif dengan tujuan supaya guru yang mengalami problem perlu diberi rangsangan eksklusif supaya ia bisa bereaksi. Pendekatan ini lebih sempurna dipakai terhadap guru yang hirau dan tidak bermutu.
Adapun langkah-langkah pendekatan direktif yaitu yaitu menjelaskan, menyajikan, mengarahkan, memberi contoh, memutuskan tolok ukur dan menguatkan.
2. Pendekatan non direktif (tidak langsung)
Pendekatan ini lahir dari pemahaman psikologi humanistik, yang sangat menghargai orang yang akan dibantu dengan mendengar permasalahan.
Dengan demikian yang dimaksud dengan pendekatan tidak eksklusif yaitu cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara eksklusif memperlihatkan permasalahan, tapi ia terlebih mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan guru-guru. Ia memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Adapun langkah-langkah penerapan non direktif yaitu mendengarkan, memperlihatkan penguatan, menjelaskan, menyajikan, dan memecahkan masalah.
3. Pendekatan kolaboratif
Pendekatan kolaboratif ini lahir dari psikologi kognitif yang beranggapan bahwa berguru yaitu hasil paduan antara kegiatan individu dan lingkungan pada gilirannya nanti kuat dalam pembentukan kegiatan individu. Kaprikornus yang dimaksud pendekatan kolaboratif yaitu cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non direktif menjadi cara pendekatan baru. Pasa pendekatan ini baik supervisor maupun guru bersama-sama, bersepakat untuk memutuskan struktur, proses dan criteria dalam melaksanakan proes percakapan terhadap duduk masalah yang dihadapi guru.
Dalam pelaksanaan supervisi, karakteristik guru yang dihadapi oleh supervisor niscaya berbeda-beda. Perbedaan tersebut sanggup dilihat dari sisi usia dan kematangan, pengalaman kerja, motivasi maupun kemampuan guru. Karena itu, supervisor harus menerapkan pendekatan yang sesuai dengan karakteritik guru yang dihadapinya. Apabila pendekatan yang dipakai tidak sesuai, maka kegiatan supervisi kemungkinan tidak akan berjalan dengan efektif. Sergiovanni (1982), mengemukakan aneka macam pendekatan supervisi, antara lain (a) supervisi ilmiah (scientific supervision), (b) supervisi klinis (clinical supervision), (c) supervisi artistik, (d) integrasi di antara ketiga pendekatan tersebut.
1. Supervisi Ilmiah
John D. McNeil (1982), menyatakan bahwa terdapat tiga pandangan mengenai supervisi ilmiah sebagai berikut: Pertama, supervisi ilmiah dipandang sebagai kegiatan supervisi yang dipengaruhi oleh berkembangnya manajemen ilmiah dalam dunia industri. Menurut pandangan ini, kekurang berhasilan guru dalam mengajar, harus dilihat dari segi kejelasan pengaturan serta pedoman- pedoman kerja yang disusun untuk guru. Oleh lantaran itu, melalui pendekatan ini, kegiatan mengajar harus dilandasi oleh penelitian, supaya sanggup dilakukan perbaikan secara tepat. Kedua, supervisi ilmiah dipandang sebagai penerapan penelitian ilmiah dan metode pemecahan duduk masalah secara ilmiah bagi penyelesaian permasalahan yang dihadapi guru di dalam mengajar. Supervisor dan guru bersama-sama mengadopsi kebiasaan eksperimen dan mencoba aneka macam mekanisme gres serta mengamati hasilnya dalam pembelajaran. Ketiga, supervisi ilmiah dipandang sebagai democratic ideology.
Maksudnya setiap penilaian atau judgment terhadap baik buruknya seorang guru dalam mengajar, harus didasarkan pada penelitian dan analisis statistik yang ditemukan dalam action research terhadap problem pembelajaran yang dihadapi oleh guru. Intinya supervisor dan guru harus mengumpulkan data yang cukup dan menarik kesimpulan mengenai problem pengajaran yang dihadapi guru atas dasar data yang dikumpulkan.
Hal ini sebagai perwujudan terhadap ideologi demokrasi, di mana seorang guru sangat dihargai keberadaannya, serta supervisor menilai tidak atas dasar opini semata. Keempat, pandangan tersebut tentunya hingga batas tertentu ketika ini masih relevan untuk diterapkan. Pandangan bahwa guru harus mempunyai pedoman yang baku dalam mengajar, perlu juga dipertimbangkan.
Demikian pula pendapat bahwa guru harus dibiasakan melaksanakan penelitian untuk memecahkan problem mengajarnya secara ilmiah, sanggup pula diadopsi. Pandangan terakhir tentunya harus menjadi landasan perilaku supervisor, di mana ia harus mengacu pada data yang cukup untuk menilai dan membina guru.
2. Supervisi Artistik
Supervisi artistik sanggup dikatakan sebagai antitesa terhadap supervisi ilmiah. Supervisi ini bertolak dari pandangan bahwa mengajar, bukan semata-mata sebagai science tapi juga merupakan suatu art. Oleh lantaran itu pendekatan yang dipakai dalam meningkatkan kinerja mengajar guru juga harus mempertimbangkan dimensi tersebut.
Elliot W. Eisner (1982) menyatkan bahwa yang dimaksud dengan pendekatan supervisi artistik, ialah pendekatan yang menekankan pada sensitivitas, perceptivity, dan pengetahuan supervisor untuk mengapresiasi segala aspek yang terjadi di kelas, dan kemudian memakai bahasa yang ekspresif, puitis serta ada kalanya metaforik untuk mensugesti guru supaya melaksanakan perubahan terhadap apa yang telah diamati di dalam kelas.
Dalam supervisi ini, instrumen utamanya bukanlah alat ukur atau pedoman observasi, melainkan insan itu sendiri yang mempunyai perasaan terhadap apa yang terjadi. Tujuan utama pendekatan ini yaitu untuk meningkatkan kualitas kehidupan (suasana) kependidikan di sekolah. Dari pengertian tersebut, mungkin sanggup dianalogikan dengan pendekatan penelitian. Supervisi ilmiah paradigmanya identik dengan penelitian
3. Supervisi Klinis
Supervisi klinis berangkat dari cara pandang kedokteran, yaitu untuk mengobati penyakit, harus terlebih dahulu diketahui apa penyakitnya. Inilah yang harus dilakukan oleh supervisor terhadap guru apabila ia hendak membantu meningkatkan kualitas pembelajaran mereka. Supervisi klinis dilakukan melalui tahapan-tahapan: (a) pra observasi, yang berisi pembicaraan dan kesepakatan antara supervisor dengan guru mengenai apa yang akan diamati dan diperbaiki dari pengajaran yang dilakukan, (b) observasi, yaitu supervisor mengamati guru dalam mengajar sesuai dengan fokus yang telah disepakati, (c) analisis, dilakukan secara bersamasama oleh supervisor dengan guru terhadap hasil pengamatan, dan (d) perumusan langkah-langkah perbaikan, dan pembuatan planning untuk perbaikan.[ ]
Teknik-Teknik Yang Digunakan Dalam Pelaksanaan Supervisi
Teknik supervisi Pendidikan yaitu atat yang dipakai oleh supervisor untuk mencapai tujuan supervisi itu sendiri yang pada simpulan sanggup melaksanakan perbaikan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Dalam pelaksanaan supervisi pendidikan, sebagai supervisor harus mengetahui dan memahami serta melaksanakan teknik – teknik dalam supervisi. Berbagai macam teknik sanggup dipakai oleh supervisor dalam membantu guru meningkatkan situasi berguru mengajar, baik secara kelompok maupun secara perorangan ataupun dengan cara eksklusif bertatap muka dan cara tak eksklusif bertatap muka atau melalui media komunikasi (Sagala 2010 : 210). Adapun teknik – teknik Supervisi yaitu sebagai berikut :
1. Teknik Supervisi yang bersifat kelompok
Teknik Supervisi yang bersifat kelompok ialah teknik supervisi yang dilaksanakan dalam training guru secara bersama – sama oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam satu kelompok (Sahertian 2008 : 86).
Teknik Supervisi yang bersifat kelompok antara lain : (Sagala 2010 : 210 - 227)
a. Pertemuan Orientasi bagi guru baru.
Pertmuan orientasi yaitu pertemuan anatar supervisor dengan supervisee (Terutama guru baru) yang bertujuan menghantar supervisee memasuki suasana kerja yang gres dikutip berdasarkan pendapat Sagala (2010 : 210) dan Sahertian (2008 : 86). Pada pertemuan Orientasi supervisor diharapkan sanggup memberikan atau menguraikan kepada superviser hal – hal sebagai berikut : (Sahertian 2008 : 86) :
Sistem kerja yang berlaku di sekolah itu.
Proses dan mekanisme manajemen dan organisasi sekolah.
Biasanya diiringi dengan tanya jawab dan penyajian seluruh kegiatan dan situasi sekolah.
Sering juga pertemuan orientasi ini juga diikuti dengan tindak lanjut dalam bentuk diskusi kelompok dan lokakarya.
Ada juga melalui perkunjungan ke tempat – tempat tertentu yang berkaitan atau bekerjasama dengan sumber belajar.
Salah satu ciri yang sangat berkesan bagi training segi sosial dalam orientasi ini yaitu makan bersama.
Aspek lain yang membantu terciptanya suasana kerja ialah bahwa guru gres tidak merasa gila tetapi guru gres merasa diterima dalam kelompok guru lain.
b. Rapat guru
Rapat Guru yaitu teknik supervisi kelompok melalui rapat guru yang dilakukan untuk membicarakan proses pembelajaan, dan upaya atau cara meningkatkan profesi guru. (Pidarta 2009 : 71). Tujuan teknik supervisi rapat guru yang dikutip berdasarkan pendapat Sagala (2010 : 212) dan Pidarta (2009 : 171) yaitu sebagai berikut :
Menyatukan pandangan – pandangan guru ihwal duduk masalah – duduk masalah dalam mencapai makna dan tujuan pendidikan.
Memberikan motivasi kepada guru untuk mendapatkan dan melaksanakan kiprah – tugasnya dengan baik serta sanggup mengembangkan diri dan jabatan mereka secara maksimal.
Menyatukan pendapat ihwal metode kerja yang baik guna pencapaian pengajaran yang maksimal.
Membicarakan sesuatu melalui rapat guru yang bertalian dengan proses pembelajaran.
Menyampaikan informasi gres seputar berguru dan pembelajaran, kesulitan – kesulitan mengajar, dan cara mengatasi kesulitan mengajar secara bersama dengan semua guru disekolah.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam suatu rapat guru yang dikutip berdasarkan pendapat Sagala (2010 : 211), antara lain :
Tujuan – tujuan yang hendak dicapai harus terang dan konkrit.
Masalah – duduk masalah yang akan menjadi materi rapat harus merupakan duduk masalah yang timbul dari guru – guru yang dianggap penting dan sesuai dengan kebutuhan mereka.
Masalah pribadi yang menyangkut guru di forum pendidikan tersebut perlu menerima perhatian.
Pengalaman – pengalaman gres yang diperoleh dalam rapat tersebut harus membawa mereka pada peningkatan pembelajaran terhadap siswa.
Partisipasi guru pada pelaksanaan rapat hendaknya dipikirkan dengan sebaik – baiknya.
Persoalan kondisi setempa, waktu, dan tempat rapat menjadi materi pertimbangan dalam perencanaan rapat guru.
c. Studi kelompok antar guru
Studi kelompok antara guru yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh sejumlah guru yang mempunyai keahlian dibidang studi tertentu, menyerupai MIPA, Bahasa, IPS dan sebagainya, dan dikontrol oleh supervisor supaya kegiatan dimaksud tidak menjelma ngobrol hal – hal yang tidak ada kaitannya dengan materi. Topik yang akan dibahas dalam kegiatan ini telah dirumuskan dan disepakati terlebih dahulu. Tujuan pelaksanaan teknik supervisi ini yaitu sebagai berikut :
Meningkatkan kualitas penguasaan materi dan kualitas dalam memberi layanan belajar.
Memberi kemudahan bagi guru – guru untuk mendapatkan pertolongan pemechan duduk masalah pada materi pengajaran.
Bertukar pikiran dan berbicara dengan sesama guru pada satu bidang studi atau bidang – bidang studi yang serumpun.
d. Diskusi
Diskusi yaitu pertukaran pikiran atau pendapat melalui suatu percakapan ihwal suatu duduk masalah untuk mencari alternatif pemecahannya. Diskusi merupakan salah satu teknik supervisi kelompok yang dipakai supervisor untuk mengembangkan aneka macam ketrampilan pada diri para guru dalam mengatasi aneka macam duduk masalah atau kesulitan dengan cara melaksanakan tukar pikiran antara satu dengan yang lain. Melalui teknik ini supervisor dapat membantu para guru untuk saling mengetahui, memahami, atau mendalami suatu permasalahan, sehingga secara bersama – sama akan berusaha mencari alternatif pemecahan duduk masalah tersebut (Sagala 2010 : 213).
Tujuan pelaksanaan supervisi diskusi yaitu untuk memecahkan duduk masalah – duduk masalah yang dihadapi guru dalam pekerjaannya sehari – hari dan upaya meningkatkan profesi melaluii diskusi.
Hal – hal yang harus diperhatikan supervisor sebagai pemimpin diskusi sehingga setiap anggota mau berpartisipasi selama diskusi berlangsung supervisor harus bisa :
Menentukan tema perbincangan yang lebih spesifik ;
Melihat bahwa setiap anggota diskusi bahagia dengan keadaan dan topik yang dibahas dalam diskusi.
Melihat bahwa duduk masalah yang dibahas sanggup dimengerti oleh semua anggota dan sanggup memecahkan duduk masalah dalam pengajaran.
Melihat bahwa kelompok merasa diharapkan dan diikutsertakan untuk mencapai hasil bersama.
Mengakui pentingnya peranan setiap anggota yang dipimpinnya.
e. Workshop
Workshop yaitu suatu kegiatan berguru kelompok yang terjadi dari sejumlah pendidik yang sedang memecahkan duduk masalah melalui percakapan dan bekerja secara kelompok. Hal – hal yang perlu diperhatikan pada waktu pelaksanaan workshop antara lain :
Masalah yang dibahas bersifat “Life cntred” dan muncul dari guru tersebut,
Selalu memakai secara maksimal kegiatan mental dan fisik dalam kegiatan sehingga tercapai perubahan profesi yang lebih tinggi dan lebih baik.
f. Tukar menukar pengalaman
Tukar menukar pengalaman “Sharing of Experince” suatu teknik perjumpaan dimana guru memberikan pengalaman masing-masing dalam mengajar terhadap topik-topik yang sudah diajarkan, saling memberi dan mendapatkan balasan dan saling berguru satu dengan yang lain. Langkah – langkah melakukang sharing antara lain :
Menentukan tujuan yang akan dicapai.
Menentukan pokok duduk masalah yang akan dibahas.
Memberikan kesempatan pada setiap peserta untuk menyumbangkan pendapat pendapat mereka
Merumuskan kesimpulan.
2. Teknik Individual dalam Supervisi
Teknik Individual Menurut Sahertian yang dikutip oleh Sagala (2010 : 216) yaitu teknik pelaksanaan supervisi yang dipakai supervisor kepada pribadi – pribadi guru guna peningkatan kualitas pengajaran disekolah. Teknik – teknik individual dalam pelaksanaan supervisi antara lain :
a. Teknik Kunjungan kelas.
Teknik kunjungan kelas yaitu suatu teknik kunjungan yang dilakukan supervisor ke dalam satu kelas pada ketika guru sedang mengajar dengan tujuan untuk membantu guru menghadapi masalah/kesulitan mengajar selama melaksanakan kegiatan pembelajaran. Kunjungan kelas dilakukan dalam upaya supervisor memperoleh data ihwal keadaan gotong royong mengenai kemampuan dan ketrampilan guru mengajar. Kemudian dengan yang ada kemudian melaksanakan perbincangan untuk mencari pemecahan atas kesulitan – kesulitan yang dihadapi oleh guru. Sehingga kegiatan pembelajaran sanggup ditingkatkan. Kunjungan kelas sanggup dilakukan dengan 3 cara, yatiu :
Kunjungan kelas tanpa diberitahu,
Kunjungan kelas dengan pemberitahuan,
Kunjungan kelas atas usul guru,
Saling mengunjungi kelas.
b. Teknik Observasi Kelas
Teknik observasi kelas dilakukan pada ketika guru mengajar. Supervisor mengobservasi kelas dengan tujuan untuk memperoleh data ihwal segala sesuatu yang terjadi proses berguru mengajar. Data ini sebagai dasar bagi supervisor melaksanakan training terhadap guru yang diobservasi. Tentang waktu supervisor mengobservasi kelas ada yang diberitahu dan ada juga tidak diberi tahu sebelumnya, tetapi setelah melalui izin supaya tidak mengganggu proses berguru mengajar. Selama berada dikelas supervisor melaksanakan pengamatan dengan teliti, dan memakai instrumen yang ada terhada lingkungan kelas yang diciptakan oleh guru selama jam pelajaran.
c. Percakapan Pribadi
Percakapan pribadi merupakan Dialog yang dilakukan oleh guru dan supervisornya, yang membahas ihwal keluhan – keluhan atau kekurangan yang dikeluarkan oleh guru dalam bidang mengajar, di mana di sini supervisor sanggup memperlihatkan jalan keluarnya. Dalam percakapan ini supervisor berusaha menyadarkan guru akan kelebihan dan kekurangannya. mendorong supaya yang sudah baik lebih di tingkatkan dan yang masih kurang atau keliru supaya diupayakan untuk memperbaikinya.
d. Intervisitasi (mengunjungi sekolah lain)
Teknik ini dilakukan oleh sekolah-sekolah yang masih kurang maju dengan menyuruh beberapa orang guru untuk mengunjungi sekolah – sekolah yang ternama dan maju dalam pengelolaannya untuk mengetahui kiat – kiat yang telah diambil hingga seekolah tersebut maju. Manfaat yang sanggup diperoleh dari teknik supervisi ini yaitu sanggup saling membandingkan dan berguru atas kelebihan dan kekurangan berdasarkan pengalaman masing – masing. Sehingga masing – masing guru sanggup memperbaiki kualitasnya dalam memberi layanan berguru kepada peserta didiknya.
e. Penyeleksi aneka macam sumber materi untuk mengajar.
Teknik pelaksanaan supervisi ini berkaitan dengan aspek – aspek berguru mengajar. Dalam perjuangan memperlihatkan pelayanan profesional kepada guru, supervisor pendidikan akan menaruh perhatian terhadap aspek – aspek proses berguru mengajar sehingga diperoleh hasil yang efektif. supervisor harus mempunyai kemampuan menyeleksi aneka macam sumber materi yang dipakai guru untuk mengajar.
Adapun cara untuk mengikuti perkembangan keguruan kita, ialah dengan berusaha mengikuti perkembangan itu melalui kepustakaan profesional, dengan mengadakan "profesional reading ". Ini dipakai untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan situasi berguru mengajar yang lebih baik. Hal ini menyatakan bahwa teknik penyeleksian aneka macam suber materi untuk mengajar mempunyai arti bahwa Teknik ini yang menitik beratkan kepada kemampuan Supervisor dalam menyeleksi buku – buku yang dimiliki oleh guru pada ketika mengajar yang sesuai dengan kebutuhan kegiatan berguru mengajar.
f. Menilai diri sendiri
Guru dan supervisor melihat kekurangan masing-masing yang mana ini sanggup memperlihatkan nilai tambah pada korelasi guru dan supervisor tersebut,yang kesannya akan memperlihatkan nilai positif bagi kegiatan berguru mengajar yang baik. Menilai diri sendiri merupakan kiprah yang tidak gampang bagi guru, lantaran suatu pengukuran terbalik lantaran selama ini guru hanya menilai murid-muridnya.
Ada beberapa cara atau alat yang sanggup dipakai untuk menilai diri sendiri, antara lain membuat daftar pandangan atau pendapat yang disampaikan kepada murid-murid untuk menilai pekerjaan atau suatu kegiatan guru di muka kelas. Yaitu dengan menyususun pertanyaan yang tertutup maupun terbuka, tanpa perlu menyebutkan nama siswa.
3. Diskusi Panel
Teknik ini dilakukan dihadapan guru oleh para pakar dari bermacam sudut ilmu dan pengalaman terhadap suatu duduk masalah yang telah ditetapkan. Mereka akan melihat suatu duduk masalah itu sesuai dengan pandangan ilmu dan pengalaman masing-masing sehingga guru sanggup masukan yang sangat lengkap dalam menghadapi atau memecahkan suatu masalah. Manfaat dari kegiatan ini yaitu lahirnya sifat cekatan dalam memecahkan duduk masalah dari aneka macam sudut pandang ahli.
4. Seminar
Seminar yaitu suatu rangkaian kajian yang diikuti oleh suatu kelompok untuk mendiskusikan, membahas dan memperdebatkan suatu duduk masalah yang bekerjasama dengan topik. Berkaitan dengan pelaksanaan supervisi, dalam seminar ini sanggup dibahas menyerupai bagaimana menyusun silabus sesuai standar isi, bagaimana mengatasi duduk masalah disiplin sebagai aspek moral sekolah, bagaimana mengatasi anak – anak yang selalu membuat keributan dikelas, dll. Pada waktu pelaksanaan seminar kelompok mendengarkan laporan atau wangsit – wangsit menyangkut permasalahan pendidikan dari salah seorang anggotanya.
5. Simposium
Kegiatan mendatangkan spesialis pendidikan untuk membahas duduk masalah pendidikan. Simposium menyuguhkan pidato-pidato pendek yang meninjau suatu topik dari aspek-aspek yang berbeda. Penyuguh pidato biasanya tiga orang dimana guru sebagai pengikut diharapkan sanggup mengambil bekal dengan mendengarkan pidato-pidato tersebut.
6. Demonstrasi mengajar
Usaha peningkatan berguru mengajar dengan cara mendemonstrasikan cara mengajar dihadapan guru dalam mengenalkan aneka macam aspek dalam mengajar di kelas oleh supervisor.
7. Buletin supervisi
Suatu media yang bersifat cetak dimana disana didapati peristiwaperistiwa pendidikan yang berkaitan dengan cara-cara mengajar,tingkah laris siswa,dan sebagainnuya.Diharapkan ini sanggup membantu guru untuk menjadi lebih baik.[ ]
6. Bagaimana cara menggugah guru supaya mau disupervisi ? dan jelaskan skema jendela johari window untuk meyakinkan guru ,bahwa mereka perlu disupervis
Jawab :
JOHARI WINDOW ( JENDELA JOHARI )
Joseph Luft dan Harrington Ingham , mengembangkan konsep Johari Window sebagai perwujudan bagaimana seseorang bekerjasama dengan orang lain yang digambarkan sebagai sebuah jendela. ‘Jendela’ tersebut terdiri dari matrik 4 sel, masing-masing sel memperlihatkan tempat self (diri) baik yang terbuka maupun yang disembunyikan. Keempat sel tersebut yaitu tempat publik, tempat buta, tempat tersembunyi, dan tempat yang tidak disadari. Berikut ini disajikan gambar ke 4 sel tersebut.
Johari Window memandang Konsep Diri sebagai Komunikasi yg dipakai dalam kegiatan sehari-hari yg dilaksanakan individu bekerjasama erat dengan prilaku itu sendiri. Komunikasi jg berkaitan dengan perkiraan manusia.
JOHARI WINDOW mempunyai 4 konsep dalam teorinya..
Open area yaitu informasi ihwal diri kita yang diketahui oleh orang lain menyerupai nama, jabatan, pangkat, status perkawinan, lulusan mana, dll. Ketika memulai sebuah hubungan, kita akan menginformasikan sesuatu yang ringan ihwal diri kita. Makin usang maka informasi ihwal diri kita akan terus bertambah secara vertical sehingga mengurangi hidden area. Makin besar open area, makin produktif dan menguntungkan korelasi interpersonal kita.
Hidden area berisi informasi yang kita tahu ihwal diri kita tapi tertutup bagi orang lain. Informasi ini meliputi perhatian kita mengenai atasan, pekerjaan, keuangan, keluarga, kesehatan, dll. Dengan tidak mengembangkan mengenai hidden area, biasanya akan menjadi penghambat dalam berhubungan. Hal ini akan membuat orang lain miskomunikasi ihwal kita, yang kalau dalam korelasi kerja akan mengurangi tingkat kepercayaan orang
Blind area yang memilih bahwa orang lain sadar akan sesuatu tapi kita tidak. Misalnya bagaimana cara mengurangi grogi, bagaimana caranya menghadapi dosen A, dll. Sehingga dengan mendapatkan masukan dari orang lain, blind area akan berkurang. Makin kita memahami kekuatan dan kelemahan diri kita yang diketahui orang lain, maka akan anggun dalam bekerja tim.
Unknown area yaitu informasi yang orang lain dan juga kita tidak mengetahuinya. Sampai kita sanggup pengalaman ihwal sesuatu hal atau orang lain melihat sesuatu akan diri kita bagaimana kita bertingkah laris atau berperasaan. Misalnya ketika pertama kali seneng sama orang lain selain anggota keluarga kita.
7. Bagaimana perkembanagan supervisi pendidikan mulai tahun 1900 hingga dengan kini ?
Jawab :
Mengenai keseluruhan evolusi kiprah supervisor bisa dirangkum dalam table berikut
Masa Peran
1850 – 1910 Inspeksi/Pengawasan
1910 – 1920 Supervisi Ilmiah
1920 – 1930 Supervi birokrasi
1930 – 1955 Supervisi kooperatif
1955 – 1965 Sebagai pengambagan kurikulum
1965 – 1970 Supervisi klinis
1970 – 1980 Supervisi sebagai manjemen
1980 hingga sekarang Pengelolaan pengajaran
Dalam perkembangannya supervisi mengalami proses yang cukup panjang sebagaimana yang dikemukakan oleh Mc Neil antara lain:
1900-1920 : Supervisi hanya dilakukan oleh pejabat administrasi
1920-1930 : Supervisi hanya dilakukan oleh para spesialis
1930-1940 : Supervisi sebagai korelasi inklusif demokratik
sesudah 1940 : Supervisi Rasional
Sementara Niles dan Bondi (1986) membagi perkembangan supervisi dalam beberapa peranan antara lain:
1850- 1910 : Pengawasan
1910 – 1920 : Supervisi santifik
1920 – 1930 : Supervisi demokratik
1930- 1955 : Supervisi Kooperatik
1955 – 1965 : Supervisi sebagai perkembangan kurikulum
1965 – 1970 : Supervisi Klasik
1970 – 1980 :Supervisi sebagai manajemen
1980- Skg : Supervisi sebagai pengajaran
Burnham lebih lanjut mengatakan, bahwa dengan semakin banyak orang dilibatkan dalam kegiatan dan layanan supervisi, maka tanggung jawab dan layanan itu mulai dibebankan kepada para personil yang lebih erat pada orang, lantaran itu supervisi melibatkan individu yang lebih erat ikatannya dengan sekolah dan para gurunya. Perubahan orentasi itu itu agaknya lebih mendekatkan prilaku supervisi pada pandangan Human Relation dalam arti secara sempit. Guru sebagai pribadi lebih mendapadapkan perhatian, sedangkan unsur-unsur lain dalam proses berguru mengajar yang merupakan unsur instrumental dalam supervisi pengajaran lebih diabaikan, namun seiring dengan perkembangan zaman yang kemudian diprakarsai oleh oleh parar bahavioral scientist mulai menemukan proses supervisi kapeda proses berguru mengajar yang sekaligus memperkuat terhadap teori supervisi.
Pada tahun 1980 fokus kajian supervisi lebih memgambil kepada kiblat gres setelah memperkenalkan pendekatan supervisi penegembangan developmental supervision, pendekatan ini bertolek belakang dari kenyataan bahwa intinya proses supervisi yaitu proses berguru dimana supervisi mengambil peranan guru / tenaga edukatif yang sebagai murid, dimana keberadaan guru di lembaga- forum pendidikan menerima sorotan tidak ubahnya sebagai murid, seorang supervesor selalu mengawasi dan mengontror serta mengarahkan kepada guru dalam implementasi kegiatan berguru mengajar, bila hal ini merupakan sebuah langkah yang dipandang efektif dan repsentatif maka perkembangan dunai pendidikan ke depan akan menemukan bentuk dan jati dirinya (pendidikan yang bermutu).
Dalam pendangan Lucio dan McNeil (1979) berkembangan dunia supervisi mengalami priodesasi antara lain;
Sebelum tahun 1900 : Supervisi oleh para pejabat Administratif
Tahun 1900- 1920 : Supervisi oleh para spesialis
Tahun 1920-1930 : Supervisi Saintifik
Tahun 1930-1940 : Supervisi korelasi Insani yang demokratik
Sesudah tahun 1940 : Supervisi Rasional.[ ]
8. Jelaskan 8 peranan supervisor berdasarkan Willes dan Bondy dan masing-masing berikan contohnya
Jawab :
Peranan pengawas sekolah/madrasah berdasarkan Wiles & Bondi (2007), “The role of the supervisor is to help teachers and other education leaders understand issues and make wise decisions affecting student education.” Bertitik tolak dari pendapat Wiles & Bondi tersebut, maka peranan pengawas sekolah/madrasah yaitu membantu guru-guru dan pemimpin-pemimpin pendidikan untuk memahami isu-isu dan membuat keputusan yang bijak yang mensugesti pendidikan siswa. Untuk membantu guru dalam melaksanakan kiprah pokok dan fungsinya serta meningkatkan prestasi berguru siswa.[ ]
Fungsi dari supervisi pendidikan yaitu sebagai layanan atau pertolongan kepada guru untuk mengembangkan situasi berguru mengajar. Konsep supervisi gotong royong diarahkan kepada pembinaan. Artinya kepala sekolah, guru dan para personel lainnya di sekolah diberi akomodasi untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan kiprah pokok dan fungsinya.[ ]
Menurut Wiles dan Bondi (1986: 17-23) peranan supervisor meliputi delapan bidang kompetensi, yaitu:
1.Supervisors are developers of people = Pengawas yaitu pengembang orang/guru. Contoh :supervisor membantu pengembangan pendidik.
2.Supervisors are curriculum developers = Pengawas yaitu pengembang kurikulum.Contoh kurikulum 2013
3. Supervisors are instructional specialist = Pengawas yaitu sebuah penerapan sarana dan prasarana.Contoh sarana dan prsana disekolahan.
4. Supervisors are human relation worker = Pengawas yaitu pekerja korelasi insan ( Humas ) Contohnya : korelasi guru dengan supervisor
5. Supervisors are staff developers = Pengawas yaitu staff pengembangan. Contoh mengembangkan kinerja guru.
6. Supervisors are adminis-trators = pengawas yaitu administrator. Contoh manajemen dilembaga sekolahan.
7. Supervisors are managers of change = pengawas yaitu manajer perubahan. Contohnya supervisor mengubah dn mendorong pendidik untuk lebih maju.
8.Supervisors are evaluators = pengawas yaitu evaluator. Contohnya supervisor mengevaluasi semua kegiatan di forum sekolahan.[ ]
9. Sebutkan model-model supervisi dan jelaskan model-model tersebut
Jawab :
Yang dimaksud dengan model dalam uraian ini ialah suatu pola, contohnya : contoh dari supervisi yang diterapkan. Ada empat model pengembangan dalam supervisi yang berkembang ketika ini, yaitu :
1. Model Supervisi yang Konfensional (tradisional)
Model ini tidak lain dari refleksi kondisi masyarakat pada suatu saat. Pada ketika kekuasaan yang diktatorial dan feodal, akan kuat pada perilaku pemimpin yang otrokrat dan korektif. Pemimpin cenderung untuk mencari-cari kesalahan. Perilaku supervisi ialah mengadakan inspeksi untuk mencari kesalahan dan menemukan kesalahan. Kadang-kadang bersifat memata-matai (snoopervision), atau sering disebut supervisi yang korektif. Lebih sulit untuk melihat segi-segi positif dalam korelasi dengan hal-hal baik dari pada hanya mengoreksi kesalahan orang lain.
Menurut Briggs, bila adanya supervisor hanya ditujukan untuk mencari kesalahan maka dianggap menjadi pemulaan yang tidak berhasil. Karena hanya mencari-cari kesalahan dalam membimbing yaitu bertentangan dengan prinsip dan tujuan supervisi pendidikan. Akibatnya guru-guru merasa tidak puas dan ada dua perilaku yang tampak dalam kinerja guru yaitu hirau tak hirau (masa bodoh) dan menantang (agresif).
2. Model Supervisi yang Bersifat Ilmiah (Scientifict)
Supervisi yang bersifat ilmiah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a) Dilaksanakan secara berencana dan kontinu
b) Sistematis dan memakai mekanisme serta teknik tertentu
c) Menggunakan teknik pengumpulan data.
d) Ada data yang objektif yang diperoleh dari keadaan yang riil.
Dengan memakai skala penilaian atau check list para siswa atau mahasiswa menilai proses kegiatan belajar-mengajar guru/dosen di kelas. Hasil penelitian diberikan kepada guru-guru sebagai balikan terhadap penampilan mengajar guru pada semester yang lalu.
3. Model Supervisi Klinis
Richard Waller memperlihatkan definisi ihwal supervisi klinis sebagai berikut: Supervisi klinis yaitu bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematis dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat ihwal penampilan mengajar yang nyata, serta bertujan mengadakan perubahan dengan cara rasional.
Keith Archeson dan Meredith D. Gall mengemukakan bahwa Supervisi Klinis yaitu proses membantu guru-guru memperkecil kesenjangan antara tingkah laris mengajar yang nyata dengan tingkah laris yang ideal.
Dari kedua definisi tersebut di atas, John J. Bolla menyimpulkan Supervisi Klinis yaitu suatu proses pembimbingan dalam pendidikan yang bertujuan membantu pengembangan professional guru, khususnya dalam penampilan mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan objektif.
Beberapa ciri Supervisi Klinis:
a) Fokus supervise klinis yaitu perbaikan cara mengajar, bukan mengubah kepribadian guru.
b) Dalam supervisi klinis, pertolongan yang diberikan bukan bersifat intruksi atau memerintah. Tetapi tercipta korelasi manusiawi, sehingga guru-guru mempunyai rasa aman. Dengan timbulnya rasa kondusif diharapkan adanya kesediaan untuk mendapatkan perbaikan.
c) Ada kesepakatan antara supervisor dengan guru yang akan disupervisi ihwal aspek prilaku yang akan diperbaiki.
d) Satuan tingkah laris mengajar yang dimiliki guru merupakan satuan yang terintegrasi. Harus dianalisa sehingga terlihat kemampuan apa, keterampilan apa yang spesifik yang harus diperbaiki.
e) Ada unsur pemberian penguatan terhadap prilaku guru terutama yang sudah berhasil diperbaiki, sehingga muncul kesadaran betapa pentingnya bekerja dengan baik serta dilakukan secara berkelanjutan.
f) Suasana dalam pemberian supervisi yaitu suasana yang penuh kehangatan, kedekatan, dan keterbukaan.
g) Supervisi yang diberikan tidak saja pada keterampilan mengajar tapi juga mengenai aspek-aspek kepribadian guru, contohnya motivasi terhadap gairah mengajar.
Adapun prinsip supervisi klinis berdasarkan pada inisiatif para guru. Pelaku supervisor harus teknis sehingga guru-guru terdorong untuk berusaha meminta pertolongan kepada supervisor dan bisa membuat korelasi yang bersifat interaktif dan sejawat. Secara umum supervise klinis bertujuan untuk memperlihatkan tekanan pada proses pembentukan dan pengembangan professional guru.
4. Model Supervisi Artistik
Mengajar yaitu suatu pengetahuan (knowledge), mengajar itu suatu keterampilan (skill), tapi mengajar juga suatu kiat (art). Sejalan dengan kiprah mengajar supervisi juga sebagai kegiatan mendidik sanggup dikatakan bahwa supervisi yaitu suatu pengetahuan, suatu keterampilan dan juga suatu kiat.
Supervisi itu menyangkut bekerja untuk orang lain, bekerja dengan orang lain, bekerja melalui orang lain, dalam korelasi bekerja dengan orang lain maka suatu rantai korelasi kemanusiaan yaitu unsur utama. Hubungan insan sanggup tercipta bila ada kerelaan untuk mendapatkan orang lain sebagaimana adanya. Hubungan itu sanggup tercipta bila ada unsur kepercayaan. Saling mengerti saling menghormati, saling mengakui, saling mendapatkan seorang sebagaimana adanya. Hubungan tampak melalui pengungkapan bahasa, yaitu supervisi lebih banyak memakai bahasa penerimaan ketimbang bahasa penolakan (Thomas Gordon, 1985). Supervisor yang mengembangkan model artistik akan menampak dirinya dalam korelasi dengan guru-guru yang dibimbing sedemikian baiknya sehingga para guru merasa diterima. Adanya perilaku menyerupai mau berguru mendengarkan perasaan orang lain, mengerti orang lain dengan problema-problema yang dikemukakan, mendapatkan orang lain sebagaimana adanya, sehingga menjadi dirinya sendiri. Itulah supervisi artistik.
Dalam bukunya Supervision of Teaching, Sergiovanni Th.J, menyamakan beberapa ciri yang khas ihwal model supervisi yang artistik, antara lain:
a) Supervisi yang artistik memerlukan perhatian supaya lebih banyak mendengarkan dari pada banyak berbicara.
b) Supervisi artistik memerlukan tingkat pengetahuan yang cukup/keahlian khusus, untuk memahami apa yang dibutuhkan seseorang yang sesuai dengan harapannya.
c) Supervisi yang artistik sangat mengutamakan sumbangan yang unik dari guru-guru dalam rangka mengembangkan pendidikan bagi generasi muda.
d) Model artistik terhadap supervisi, menuntut untuk memberi perhatian lebih banyak terhadap proses kehidupan kelas dan proses itu diobservasi sepanjang waktu tertentu, sehingga diperoleh peristiwa-peristiwa yang signifikan yang sanggup ditempatkan dalam konteks waktu tertentu
e) Model artistik terhadap supervisi memerlukan laporan yang memperlihatkan bahwa obrolan antara supervisor yang supervisi dilaksanakan atas dasar kepemimpinan yang dilakukan oleh kedua belah pihak.[
10. Apa yang anda ketahui ihwal supervisi kontemporer?
Jawab :
Secara terminologi umum, istilah supervise berarti mengamati, mengawasi,atau membimbing dan menstimulir kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh orang lain dengan maksud untuk mengadakan perbaikan. Konsep supervise didasarkan atas keyakinan bahwa perbaikan merupakan suatu perjuangan yang kooperatif dari semua orang yang berpartisipasi dan supervisor sebagai pemimpin, yang juga bertindak sebagai stimulator, pembimbing,dan konsultan bagi para bawahannya dalam rangka upaya perbaikan mutu pendidikan.
Supervisi pendidikan kontemporer merupakan suatu perjuangan mengkoordinasi dan membimbing secara kontinu pertumbuhan guru-guru disekolah baik secara individu maupun kelompok diera kini ini . Hakekatnya segenap pertolongan yang ditujukan pada perbaikan-perbaikan dan training aspek pengajaran.
SUMBER REFERENSI
Ali Imron. Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan . 2011.Jakarta.Sinar Gratiska Offset.Hal :28-64
Lantip Diat Prasojo & Sudiyono, Supervisi Pendidikan (Yogyakarta: Gava Media, 2011), cet. 1, hlm.84
Piet A.Sahertian 2008. Konsep Dasar dan Tehnik Supervisi Pendidikan ( dalam raya pengembanagan sumber daya insan ) PT. Rineka Cipta Jakarta .Hlm 25-26
Saiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga...... hlm. 206
smpn29samarinda.wordpress.com/.../peranan-dan-fungsi-pengawas-sekolahmadrasah/ (diakses pada tanggal 07 Oktober 2014
Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara,1994), hlm.1 Suryo Subroto, Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah. (Jakarta: Bina Aksara,1988), hlm.134 Maryono, Dasar-Dasar & Teknik Menjadi Supervisor Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm.17
Advertisement