Info Terbaru 2022

Makalah '' Implementasi Conditioning Operat Dalam Proses Mencar Ilmu Mengajar ''

Makalah '' Implementasi Conditioning Operat Dalam Proses Mencar Ilmu
Mengajar ''
Makalah '' Implementasi Conditioning Operat Dalam Proses Mencar Ilmu
Mengajar ''

A.      LATAR BELAKANG MASALAH

Teori berguru merupakan landasan terjadinya suatu proses berguru yang menuntun terbentuknya kondisi untuk belajar. Teori berguru sanggup didefenisikan sebagai integrasi prinsip-prinsip yang menuntun di dalam merancang kondisi demi tercapainya tujuan pendidikan. Dengan adanya teori berguru akan memperlihatkan akomodasi bagi guru dalam menjalankan model-model pembelajaran yang akan dilaksanakan. Banyak telah ditemukan teori berguru yang intinya menitikberatkan ketercapaian perubahan tingkah laris sehabis proses pembelajaran.

Teori berguru merupakan suatu ilmu pengetahuan perihal pengkondisian situasi berguru dalam perjuangan pencapaian perubahan tingkah laris yang diharapkan. Teori berguru yang besar lengan berkuasa terhadap pelaksanaan pembelajaran yaitu teori berguru konstruktivisme dan teori berguru pemrosesan informasi. Teori berguru konstruktivisme yaitu Teori yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentranformasikan gosip kompleks, mengecek gosip gres dengan aturan-aturan usang dan merevisinya apabila aturan-aturan usang itu tidak lagi sesuai. Teori berguru pemrosesan gosip merupakan teori yang menitikberatkan perihal bagaimana gosip yang didapat tersebut sanggup diolah oleh siswa dengan pemahamannya sendiri.
Pemanfaatan lingkungan sebebas-bebasnya untuk pencapaian tujuan berguru haruslah diberikan pada siswa, sehingga kreatifitas siswa lebih tampak.
Maka untuk mewujudkan makna orisinil berguru tersebut perlu adanya sebuah metode yang cocok dan sanggup diterima oleh pelajar dari seorang pengajar. Salah satunya yaitu dengan adanya classical conditioning. Teori ini akan cukup membantu para pengajar dalam mengaplikasikan pelajaran yang akan disampaikan dengan cara donasi stimulus dan penerimaan respon yang baik.

B.      RUMUSAN MASALAH
2.       Bagaimana konsep conditioning operant ?
3.       Bagaimana Implementasi conditioning operat dalam proses berguru mengajar ?

C.      PEMBAHASAN
1.      Pengertian Conditioning Operant
Mula-mula teori ini dipelopori oleh Ivan Pavlov (1927), kemudian dikembangkan oleh Watson(1970). Percobaan yang dilakukan Pavlov terhadap anjingnya menggambarkan bahwa berguru dilakukan dengan mengasosiasikan suatu ganjaran (Reward) dengan rangsangan (stimulus) yang mendahului ganjaran itu. Perangsang bersyaratdan tidak bersyarat merupakan pengkondisian dalam proses pembentukan perilaku. Watson membuatkan teori ini melalui percobaan perihal tanda-tanda takut pada anak, dengan memakai tikus putih. Menurut teori ini berguru yaitu suatu proses yang disebabkan oleh adanya syarat tertentu yaitu berupa rangsangan. Pengkondisian dalam bentuk rangsangan dan adaptasi mereaksi terhadap perangsang menyebabkan prosas belajar.

Skinner membuatkan teori conditioning operant melalui percobaan terhadap burung dan kotak yang dilengkapi pengungkit. Apabila pengungkit itu terkena tekanan maka ia sanggup mengeluarkan makanan. Ada dua macam respon dalam hal ini, yaitu yang timbul dari perangsang tertentu, menyerupai masakan yang menyebabkan keluarnya air liur dan operant-operant yang timbul dan berkembang lantaran perangsang tertentu itu diikuti oleh perangsang lainnya. Perilaku yang terbentuk lantaran operant response disebut operant behavior.[1]

Teori conditioning operant dari Skinner dari penganut Behaviorisme yang dianggap controversial, dengan teori adaptasi sikap responnya, merupakan teori berguru yang paling muda dan masih sangat besar lengan berkuasa dikalangan psikologi berguru masa kini, Skinner juga memikirkan tingkah laris sebagai korelasi antara perangsang dan respon.[2]

Kata operant berasal dari bahasa inggris yang sanggup diartikan sebagai sejumlah sikap atau respon yang membawa imbas terhadap lingkingan yang dekat. Sedangkan kata conditioning, sanggup diartikan sebagai sebuah keadaan yang berkaitan dengan waktu dan tempat.

      Dalam kamus psikologi disebut bahwa Operant ialah setiap respon yang bersifat instrumental dalam menyebabkan akibat-akibat tertentu, menyerupai hadiah masakan atau satu kejutan listrik. Respon tersebut beroperasi ke dalam lingkungan, sementara Conditioning menpunyai arti mempelajari respon tertentu ( Kartini Kartono dan dali Gulo, 1987:84 dalam Riyanto 2005:24). Di bawah ini merupakan beberapa definisi dari Operant Conditioning:
a.       Suatu tipe (instrumental) conditioning yang melibatkan modifikasi operant respon melalui donasi hadiah. Dengan cara tertentu, suatu respon yang dipancarkan oleh organisme terjadi diperkuat sesuai dengan urutan waktunya, dan perubahan – perubahan yang ditimbulkannya dipelajari sebagai alat penguat respon yang biasa digunakan.
b.       Suatu tipe berguru dengan mempelajari konsekuensi atau akhir dari tingkah laris kita di dalam lingkungan, perilaku-perilaku mana saja yang mendorong kita untuk menghindari akibat-akibat penguatan negatif “tidak menyenangkan”.
c.        Suatu tipe pengkondisian instrumental yang meliputi memodifikasi / perubahan dari suatu operant, suatu operant yang dipancarkan oleh suatu organisme kemudian diperkuat dengan cara-cara tertentu sesuai kegiatan tertantu dengan menghasilkan perubahan dalam kecepatan kejadianya. (Kartini Kartono dan Dali  Gulo,1987:320 dalam Riyanto, 2005:25)
d.      Operant conditioning merupakan pembelajaran dimana konsekuensi sikap mengarah perubahan dalam probabilitas terjadinya perilaku.[3]
Jadi conditioning operant merupakan pembelajaran dimana konsekuensi prilaku mengarah perubahan dalam probabilitas terjadinya prilaku. Atau bisa juga diartikan suatu keadaan atau lingkungan yang sanggup memperlihatkan imbas kepada orang yang berada disekitarnya.[4]

2.      Konsep Conditioning Operant
                  Manusia pertama kali dalam keadaan pasif, seperi halnya kertas kosong, insan dilahirkan dalam keadaan suci belum mengerti apa-apa. Manusia gres mengenal suatu pengetahuan apabila ia sudah bisa memakai akalnya dengan maksimal. Suatu  perubahan sikap insan banyak dipengaruhi oleh faktor pengalaman hidupnya, berdasarkan aliran teori empiristik yang tokohnya berjulukan Jhon Locke. Makara insan dalam merubah perilakunyabanyak dipengaruhioleh faktor pengalaman. Teori ini bermetamorfosis teori Behavioristik yang mana sikap insan sanggup berkembang ada stimulus atau respon. Menurut teori ini berguru diartikan sebagai proses perubahan tingkah laris sebagai akhir dari interaksi antara stimulus dan respon. Belajar berdasarkan psikologi behavioristik yaitu suatu kontrol instrumental yang berasal dari lingkungan. Beberapa ilmuan yang termasuk pendiri sekaligus penganut behavioristik antara lain Thorndike, Watson, Hull, Guthrie dan Skinner .
                  Operant Conditioning merupakan teori yang dikembangkan oleh Skinner. Skinner membuatkan teori conditioning dengan mengunakan tikus sebagai percobaan. Menurutnya,suatu respon bergotong-royong juga menghasilkan sejumlah konsekuensi yang nantinya akan mempengaruhi tingkah laris manusia. Untuk memahami tingkah laris siswa secara tuntas berdasarkan Skinner perlu memahami korelasi antara stimulus dengan stimulus yang lainnya, memahami respon itu sendiri dan banyak sekali konsekuensi yang diakibatkan oleh respons tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa mengunakan perubahan – perubahan mental sabagai alat untuk menjelaskan segala sesuatunya menjadi lebih rumit, alasannya yaitu alat itu kesannya juga dijelaskan lagi. Ini nantinya akan lebih terang apabila akan mempelajari teori kognitivisme.
                  Teori Skinner dikenal dengan “Operant Conditioning” dengan empat konsepnya antara lain:
Ø  Shapping yaitu proses pembentukan sikap yang makin mendekati sikap yang diharapkan.
Ø  Pendekatan suksesif yaitu proses pembentukan sikap yang memakai penguatan pada ketika yang tepat,hingga respon pun sesuai dengan yang diisyaratkan.
Ø  Exitinction yaitu proses penghentian kegiatan sebagai akhir dari ditiadakanya penguatan.
Ø  Chaining of response yaitu respon dan stimulus yang bekaitan satu sama lain.

Dalam sebuah buku dituliskan bahwa, berdasarkan skinner, pengkondisian operant terdiri dari dua konsep utama, yaitu :
1.      Penguatan (reinforcement)
Adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu sikap akan terjadi.
Skinner membagi penguatan menjadi dua bagian:
1)      Penguatan positif yaitu penyajian stimylus yang meningkatkan probabilitas suatu respon.
2)      Penguatan negative
Adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi response meningkat lantaran diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan(tidak menyenangkan)
            Suatu cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan penguatan negative yaitu dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Dalam penuatan negative ada sesuatu yang dikurangi atau dihilangkan.[5]
2.      Hukuman (Punishment)
Punishment terjadi ketika suatu respon menghilangkan sesuatu yang positif dan atau menambah sesuatu yang negative.

      Skinner lebih percaya pada “penguatan negatif” (negatif reinforcement), yang tidak sama dengan hukuman. Bedanya dengan sanksi adalah, kalau sanksi harus diberikan (sebagai stimulus) biar respons yang timbul berbeda dengan yang diberikan sebelumnya, sedangkan penguatan negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi biar respons yang sam menjadi kuat. Misalnya seorang siswa perlu dieksekusi untuk suatu kesalahan dan dilakukan pengurangan terhadap suatu yang mengenakkan baginya (bukan malah ditambah), maka pengurangan ini mendorong siswa untuk memperbaiki kesalahannya. Inilah yang disebut dengan “Penguatan Negatif”.[6]

3.       Implementasi Conditioning Operant Dalam Proses Belajar Mengajar
        Implementasi teori berguru operant dalam proses berguru mengajar yaitu bahwa seorang  guru sanggup membentuk, mengembangkan, dan mengontrol tingkah laris / sikap siswa menuju ke arah yang lebih positif sesuai keinginan yang diinginkannya melalui reinforcement, baik yang berupa reward maupun punishment. Reward akan memperlihatkan apa yang mesti dilakukan oleh murid, sedangkan punishment memperlihatkan apa yang dihentikan dilakukan murid.[7]


D.      KESIMPULAN


[1] Adri Efferi, Materi Dan Pembelajaran Qur’an Hadis MTs-MA, kudus: Buku Daros. 2009. Hlm. 145
[2] Djaali, psikologi pendidikan, Jakarta: bumi aksara. 2011. Hal 88
[3] Tholeagungsubaggiyo.blogspot.com/2012/05/makalah-operant-conditioning.html
[4] Dalyono, psikologi pendidikan, Jakarta; PT. Rieneka cipta. Hlm 33
[5] Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Rieneka Cipta, 1998. Hlm. 125
[6] Tholeagungsubaggiyo.blogspot.com/2012/05/makalah-operant-conditioning.html
[7] Psikologi-artikel.blogspot.com/2009/11/operant-conditioning.html
Advertisement

Iklan Sidebar

Adsense 728x90