Info Terbaru 2022

Makalah Provesi Keguruan '' Hakikat Guru ''

Makalah Provesi Keguruan '' Hakikat Guru ''
Makalah Provesi Keguruan '' Hakikat Guru ''

Makalah

Disusun guna Memenuhi Tugas Semester V
Mata Kuliah: Profesi Keguruan
Dosen Pengampu: .................................



Disusun Oleh Kelompok :
1.   .........................................................


 


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUSJURUSAN TARBIYAH / PAI201XXXXX


HAKIKAT GURU

A.    Pendahuluan
Dalam dunia pendidikan, guru merupakan faktor penting dan utama, lantaran guru yaitu orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan jasmani dan rohani akseptor didik, terutama di sekolah, untuk mencapai kedewasaan akseptor didik sehingga ia menjadi insan yang paripurna dan mengetahui tugas-tugasnya sebagai manusia. Dalam arti khusus sanggup dikatakan bahwa pada setiap diri guru terletak tanggung jawab untuk membawa siswanya kearah kedewasaan atau taraf kematangan tertentu.
Dalam rangka itu guru tidak semata-mata sebagai “pendidik” yang transfer of knowledge, tapi juga seorang “pendidik” yang transfer of values dan sekaligus sebagai “pembimbing” yang menunjukkan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Berkaitan dengan ini maka bekerjsama guru mempunyai peranan yang unik dan sangat kompleks di dalam proses mencar ilmu mengajar, dalam usahanya mengantarkan siswa ketaraf yang dicita-citakan. Oleh lantaran itu setiap rencana acara guru harus sanggup didudukkan dan dibenarkan semata-mata demi kepentingan anak didik, sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, sanggup diambil beberapa rumusan masalah, yaitu:
1.      Bagaiman hakikat guru?
2.      Bagaimana kiprah guru di dalam proses mencar ilmu mengajar?
3.      Bagaimana langkah menjadi guru yang ideal dan inovatif?

C.    Pembahasan

1.      Hakikat Guru
Dalam dunia pendidikan, guru merupakan faktor penting dan utama,karena guru yaitu orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan jasmani dan rohani pesrta didik, terutama di sekolah, untuk mencapai kedewasaan akseptor didik sehingga ia menjadi insan yang paripurna dan mengetahui tugas-tugasnya sebagai manusia.[1] Pendidik dalam perspektif pendidikan Islam yaitu orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan seluruh potensi akseptor didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai aliran Islam.[2] Guru yaitu kunci pendidikan, artinya jikalau guru sukses maka kemungkinan besar murid-muridnya akan sukses.
Guru yaitu figure inspirator dan motivator murid dalam mengukir masa depannya. Jika guru bisa menjadi sumber wangsit dan motivasi bagi anak didiknya, maka hal itu akan menjadi kekuatan anak didik dalam mengejar harapan besarnya dimasa depan. Guru dalam pengertian sederhana yaitu orang yang memfasilitasi alih ilmu pengetahuan dari sumber mencar ilmu kepada akseptor didik. Sementara, masyarakat memandang guru sebagai orang yang melakukan pendidikan di sekolah, masjid, mushola, atau tempat-tempat lain. Perkembangan pesat teknologi informasi dikala ini, kiranya menumbuhkan tantangan tersendiri bagi guru. Mengingat guru sudah bukan lagi satu-satunya sumber informasi hingga muncul pendapat bahwa pendidikan bias berlangsung tanpa guru.[3]
Tugas-tugas dari seorang pendidik adalah:
1.      Membimbing akseptor didik, dalam artian mencari pengenalan terhadap anak didik mengenai kebutuhan, kesanggupan, bakat, minat, dan sebagainya.
2.      Menciptakan situasi untuk pendidikan, yaitu suatu keadaan dimana tindakan-tindakan pendidik sanggup berlangsung dengan baik dan hasil yang memuaskan.
3.      Seorang pendidik harus mempunyai pengetahuan yang diperlukan, menyerupai pengetahuan agama, dan lain sebagainya. Seperti yang dikemukakan oleh Imam Al- Ghazali, bahwa kiprah pendidik yaitu membersihkan serta menyempurnakan hati insan untuk taqarrub kepada Allah swt.[4]
Sedangkan tanggung jawab dari seorang pendidik adalah:
1.      Bertanggung moral
2.      Bertanggung jawab dalam bidang pendidikan
3.      Tanggung jawab kemasyarakatan
4.      Bertanggung jawab dalam bidang keilmuan.[5]
2.      Peran Guru di Dalam Proses Belajar Mengajar
Peran guru dalam proses mencar ilmu mengajar diantaranya sebagai berikut :
a.       Guru sebagai demonstrator
Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai materi atau materi pelajaran yang kan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya lantaran hal ini akan sangat menentukan hasil mencar ilmu yang dicapai oleh siswa. Salah satu yang harus diperhatikan oleh guru bahwa guru sendiri yaitu pelajar. Ini berarti bahwa guru harus mencar ilmu terus menerus. Dengan cara demikian guru akan memperkaya dirinya dengan banyak sekali ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam melakukan tugasnya sebagai pengajar dan demonstrator sehingga bisa memperagakan apa yang diajarkannya secara didaktis. Maksudnya biar apa yang disampaikan oleh guru betul-betul dimiliki olehanak didik.[6]
b.      Guru sebagai pengelola kelas
Dalam peranannya sebagai pengelola kelas (learning manager), guru hendaknya bisa mengelola kelas sebagai lingkungan mencar ilmu serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi biar kegiatan-kegiatan mencar ilmu terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Lingkungan yang baik ialah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, menunjukkan rasa kondusif dan kepuasan dalam mencapai tujuan. Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan memakai akomodasi kelas untuk majemuk acara mencar ilmu dan mengajar biar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khususnya yaitu membuatkan kemampuan siswa dalam memakai alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.[7]
c.       Guru sebagai perantara dan fasilitator
Sebagai perantara guru hendaknya mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang cukup perihal media pendidikan lantaran media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk mlebih mengefektifkan proses mencar ilmu mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar yang sangat dipwrlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan penggalan integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Guru tidak cukup hanya mempunyai pengetahuan perihal media pendidikan, tetapi juga harus mempunyai keterampilan menentukan dan memakai serta mengusahakan media itu dengan baik. Untuk itu guru perlu mengalami latihan-latihan praktek secara kontinu dan sistematis, baik melalui pre-service maupun melalui inservice training. Memilih dan memakai media pendidikan harus sesuai dengan tujuan, materi, metode, evaluasi, dan kemampuan guru serta minat dan kemampuan siswa.
Sebagai fasilitator guru hendaknya bisa mengusahakan sumber mencar ilmu yang berkhasiat serta sanggup menunjang pencapaian tujuan dan proses mencar ilmu mengajar, baik yang berupa narasumber, buku teks, majalah, atau surat kabar.[8] Sebagai fasilitator, guru bertugas memfasilitasi murid untuk menemukan dan membuatkan bakatnya secara pesat. Menemukan talenta anak didik bukan dilema mudah, ia membutuhkan eksperimentasi maksimal, latihan terus menerus dan penilaian rutin.[9]
d.      Guru sebagai evaluator
Setiap jenis pendidikan atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu tertentu salama satu periode pendidikan orang selalu mengadakan evaluasi, artinya pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan, selalu mengadakan penilaian terhadap hasil yang telahdicapai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik. Demikian pula dalam satu kali proses mencar ilmu mengajar guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut akan sanggup dijawab melalui acara penilaian atau penilaian.
Dalam fungsinya sebagai penilai hasil mencar ilmu siswa, guru hendaknya terus menerus mengikuti hasil mencar ilmu yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui penilaian ini merupakan umpan balik terhadap proses mencar ilmu mengajar. Umpan balik akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses mencar ilmu mengajar selanjutnya. Dengan demikian proses mencar ilmu mengajar akan terus menerus ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.[10]
Langkah menjadi guru yang ideal dan inovatif, yaitu sebagai berikut:
1.      Orang yang mempunyai kompetensi tinggi dengan banyak membaca, menulis, dan meneliti. Ia yaitu figur yang bahagia dengan pengembangan diri terus menerus, tidak merasa cukup dengan apa yang sudah dimiliki.
2.      Mempunyai moral yang baik, bias menjadi teladan, dan member contoh perbuatan, tidak sekedar menyuruh dan berorasi.
3.      Mempunyai skills yang memadai untuk berkompetisi dengan elemn bangsa lain dan sebagai sumber wangsit dan motivasi kepada anak didik.
4.      Mempunyai kreativitas dan penemuan tinggi dalam mengajar sehingga menarik dan memuaskan anak didik.
5.      Mempunyai tanggung jawab social dengan ikut berpartisipasi dalam menuntaskan problem-problem sosial kemasyarakatan.
Sekarang ini, guru di Indonesia yang mempunyai lima kriteria di atas sangat sedikit. Mereka banyak yang mengandalkan gelar kesarjanaan tanpa mengevaluasi kemampuan dan tanggung jawab besarnya sebagai figure pengubah sejarah yang dituntut mempunyai kemampuan terbaik yang dipersembahkan untuk murid-muridnya. Sebenarnya, dilema ini tidak lepas dari paradigma profesi. Dalam arti, mengajar sebagai mata pencarian. Sehingga, kesibukan utama guru yaitu mencari nafkah keluarga. Lepas dari masih rendahnya honor guru, namun kesibukan mencari nafkah tidak bias menjadi alasan malas mencar ilmu dan membaca.
Menjadi guru yang ideal dan inovatif yaitu sebuah tuntutan yang tidak bias dielakkan. Masa depan bangsa ini ditentukan oleh kader-kader muda bangsa, sedangakan penanggung jawab utama masa depan kader-kader muda tersebut berada di bahu guru, lantaran gurulah yang eksklusif berinteraksi dengan mereka dalam membentuk kepribadian, menunjukkan pemahaman, menerbangkan imajinasi dan cita-cita, membangkitkan semangat, dan menggerakkan kekuatan mereka.
Dari gurulah, siswa-siswi membayangkan masa depannya, mencanangkan sebuah impian hidupnya, dan melihat jauh ke angkasa, terbang setinggi langit laksana anak panah yang lepas dari busurnya. Jika busurnya (guru) mempunyai kekuatan besar dan visi yang jauh ke depan, maka anak akan melesat jauh ke depan. Namun jikalau busurnya lemah dan tidak visioner, maka anak panah hanya melesat lemah, bahkan gagal melesat lantaran hilangnya kekuatan. Agar menjadi guru ideal dan inovatif yang bisa melesatkan anak panah dengan kekuatan penuh ke angkasa, maka hal-hal di bawah ini bisa menjadi acuan:
1.      Menguasai materi pelajaran secara mendalam
Menguasai materi pelajaran yaitu syarat utama menjadi guru yang ideal. Dengan menguasai materi, kepercayaan diri terbangun dengan baik, tidak ada rasa was-was, dan bimbang terhadap pertanyaan murid. Dalam konteks ini, sudah seharusnya guru mengajar materi sesuai dengan keahliannya sebagaimana pepatah “the right man on the right place”, insan yang benar ada di daerah yang benar. Artinya, guru yang ideal yaitu guru yang mengajar materi pelajaran yang menjadi bidang, bakat, dan spesialisasinya. Kalau orang jago bahasa Arab mengajar bahasa Indonesia atau sebaliknya, maka hasil yang didapatkan tidak baik, siswa-siswi merasa tidak puas, dan kualitas anak didik yang dihasilkan sangat rendah.
Seorang guru harus rajin mendalami materi yang diajarkan, tidak hanya mengandalkan modal awal yang dipunyai. Tantangan dunia global yang semakin dinamis, kompetitif, dan akseleratif menuntut seorang guru mengikuti keadaan dengan pembaharuan-pembaharuan yang ada, meningkatkan pendalaman materinya, dan bisa menciptakan teori-teori gres yang progresif.


2.      Mempunyai wawasan luas
Perubahan-perubahan yang terjadi setiap dikala akhir revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi informasi berjalan dalam hitungan detik. Guru diharuskan mengikuti informasi ini, sehingga cakrawala pemikirannya menjadi luas, mendunia, dan up to date. Siswa akan besar hati mempunyai guru, yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman luas, cakrawala pemikiran yang mendalam, dan hal-hal gres yang segar.
Selalu ada hal gres ynag disampaikan seorang guru akan menjadi salah satu daya tarik murid yang bias menggugah semangatnya mengikuti pelajaran guru. Tanggung jawab menyukseskan generasi bangsa yang menjadi pemimpin masa depan. Menyiasati kesibukan kerja dengan mencari waktu celah untuk meningkatkan wawasan yaitu sebuah perjuangan.
3.      Komunikatif
Guru yang suka menyapa dan memperhatikan kondisi muridnya lebih diterima anak didiknya daripada guru yang egois, yang tiba hanya untuk menandakan pelajaran, sesudah itu pulang. Ia tidak mau peduli dilema anak didiknya. Yang penting ia datang, mengajar hingga batas waktu yang ditentukan kemudian selesai. Di sinilah pentingnya guru berkomunikasi dengan anak didiknya, menyapa anak didik, menanyakan bagaimana kondisinya, capek, lemas, atau tetap semangat.
4.      Dialogis
Tugas guru tidak hanya mengajar, tapi juga menggali potensi terbesar anak didiknya. Tugas ini sulit terealisasi kalau dalam mengajar, seorang guru hanya mengandalkan metode ceramah, sekedar menunjukkan materi tanpa ada ruang dialog.Pikiran murid ini tidak akan berkembang, dan semangat membuatkan materi menjadi lemah. Oleh lantaran itu, dalam metode obrolan interaktif ini, guru dilarang merasa paling benar, paling pintar, dan paling tahu segala masalah. Kalau guru bisa menerapkan aspek kesetaraan, yang emas tetap emas, walau tiba dari murid.
5.      Menggabungkan teori dan praktik
Anak didik akan gampang jenuh kalau hanya dijejali dengan teori tanpa ada praktik. Praktik sangat dibutuhkan sebagai media menurunkan, mengendapkan, dan melekatkan pemahaman materi pada otak anak didik.
6.      Bertahap
Belajar ilmu yaitu setahap demi setahap, dari satu, dua, dan seterusnya. Bertahap ini meniscahyakan pentingnya materi yang disampaikan harus urut, tidak meloncat-loncat. Dalam konteks ini ketika mengajar seorang guru harus cendekia dan bijaksana. Jangan menunjukkan semua pengalaman dan ilmu kepada anak didik dalam satu kesempatan. Berilah bertahap biar anak didik bisa menerimanya dengan baik. Sebab, jikalau diberikan sekaligus akan gampang hilang.
7.      Mempunyai variasi pendekatan
Dalam proses mencar ilmu mengajar seorang guru harus mempelajari banyak pendekatan pengajaran. Dengan menguasai pendekatan yang banyak, proses mencar ilmu mengajar sanggup mencar ilmu secara variatif, tidak monoton dan selalu segar.
8.      Tidak memalingkan materi pelajaran
Dalam mengajar, seorang guru harus berkonsentrasi penuh pada satu arah, satu sasaran dan satu tujuan yang dicanangkan, sehingga alhasil bisa maksimal. Oleh alasannya yaitu itu, seorang guru harus menciptakan rencana pembelajaran, sasaran pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Hal-hal tersebut bisa dipakai sebagai ukuran dan pengingat kelalaian yang bisa dtang sewaktu-waktu secara tidak terduga.
9.      Tidak terlalu menekan dan memaksa
Seorang guru harus berusaha untuk mengajar secara alami, tidak terlalu menekan dan memaksa murid. Kalau memaksa dan menekan murid efeknya tidak nyata bagi perkembangan psikologisnya. Guru harus bisa menyelami psikologi anak didik, menunjukkan materi secara mengalir, menyerupai falsafah air yang mengalir secara pelan, bisa menerobos hal-hal sulit dan merobohkan hal-hal besar dengan ketekunan, kerajinan, dan kesungguhan.
10.  Humoris tapi serius
Salah satu ciri guru ideal yaitu berwatak dinamis, kompetitif, tapi juga humoris. Ditengah kepenatan pikiran, keletihan fisik, dan kebosanan berfikir, humor sangat diperlukan. Dengan selera humor yang tinggi, seorang guru bisa memecah suasana yang menjenuhkan, menghilangkan kepenatan dan menyegarkan pikiran anak didik. Walaupun begitu, dalam humor ini, guru dilarang berlebih-lebihan apalagi hingga mengganggu konsentrasi lingkungan mencar ilmu disekitarnya.

D.    Kesimpulan
1.      Hakikat guru yaitu suatu profesi yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak sanggup dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Tanggung jawab darin seorang pendidik diantaranya bertanggung moral, bertanggung jawab dalam bidang pendidikan, tanggung jawab kemasyarakatan, serta bertanggung jawab dalam bidang keilmuan.
2.      Peran guru dalam proses mencar ilmu mengajar diantaranya sebagai demonstrator, pengelola kelas, mediator, fasilitator, dan evaluator.
3.      Langkah menjadi guru ideal dan inovatif diantaranya : menguasai materi pelajaran secara mendalam, mempunyai wawasan luas, komunikatif, dialogis, menggabungkan teori dan praktik, bertahap, mempunyai variasi pendekatan, tidak memalingkan materi pelajaran, tidak terlalu menekan dan memaksa, humoris tapi serius.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghazali, Abu Muhammad, Ihya’ Ulumuddin Terjemah, Ismail Ya’qub, Semarang : Faizan, 2009
Athiyah Al- Abrasyi, Moh, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 2003
Kunandar, Guru Profesional, Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2011.
Ma’mur Asmani, Jamal,  Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif, DIVA Press, Jogjakarta,2010
Ramayulis. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta. Kalam Mulia. 2005.
Uzer Usman, Moh,  Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2011



[1] Kunandar, Guru Profesional, Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2011.Halm. 54
[2] Ramayulis. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta. Kalam Mulia. 2005. Halm. 19
[3] Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif, DIVA Press, Jogjakarta,2010, hlm. 17-20
[4] Abu Muhammad Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin Terj, Ismail Ya’qub, Semarang : Faizan, 2009, halm 34
[5] Moh. Athiyah Al- Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 2003, halm 150-151
[6] Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2011, halm. 9
[7] Ibid, halm. 10
[8] Ibid, halm. 11
[9] Jamal Ma’mur Asmani, Op.Cit, halm. 41
[10] Moh. Uzer Usman, Op.Cit, halm. 11-12
Advertisement

Iklan Sidebar

Adsense 728x90