PANDANGAN ISLAM TENTANG PERGAULAN BEBAS
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mid Semseter
Mata Kuliah : Hukum Islam di Indonesia
Dosen Pengampu :Taufiqurrohman K., SHI, MA
Disusun Oleh:
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN SYARI’AH (AS)
TAHUN 2013
PANDANGAN ISLAM TENTANG PERGAULAN BEBAS
A. Latar Belakang
Disetiap zaman ke zaman niscaya terjadi perubahan-perubahan yang begitu besar, entah itu berupa perubahan dalam bentuk pemifikaran,ekonomi,budaya,dan juga sikap sosial seseorang. Memang itu semua sudah menjadi aturan alam untuk merevolusi setiap perubahan zaman, semoga bisa mengetahui perkembangan-perkembangan yang terjadi.
Kita telah mengetahui bahwa sebagian besar bangsa barat yaitu bangsa sekuler, seluruh kebudayaan yang mereka hasilkan jauh dari norma-norma agama. Hal ini tentunya bertentangan dengan budaya Indonesia yang menjujung tinggi nilai agama dan pancasila. Tidak ada salahnya kalau kita menyampaikan pacaran yaitu sebagian dari pergaulan bebas. Saat ini pacaran sudah menjadi hal yang biasa bahkan sudah menjadi aba-aba etik dalam menentukan calon pendamping. Fakta menyatakan bahwa sebagian besar perzinahan disebabkan oleh pacaran. Bila kita menengok kebelakang wacana kebudayaan Indonesia sebelumnya, pacaran (berduaan dengan non muhrim) merupakan hal yang tabu. Dari sini kita sanggup menyimpulkan bahwa pacaran memang tidak dibenarkan dan tidak sesuai dengan budaya Indonesia, demikian juga dengan budaya islam.
Disini Islam berperan penting terus-menerus mendampingi setiap perubahan zaman ke zaman, lantaran Islam bersifat Universal dan tidak tercemar oleh perubahan zaman atau kondisi disuatu wilayah tertentu. Islam selalu meninjau dan meluruskan disetiap problem- problem yang muncul dimanapun dan kapanpun.
Namaun tidak dipungkiri lagi bahwa insan memang mempunyai hawa nafsu yang sulit untuk dikendalikan. Adanya rasa ingin tahu yang begitu besar membuat semua hal dianggapnya biasa saja. Apalagi dizaman mirip ini, pergaulan-pergaulan yang sangat-sangat bebas sekali, membuat seseorang ingin selalu mencari dan cari hal-hal yang belum mereka ketahui, meskipun itu tidak boleh atau bertentangan oleh agama.
Kali ini saya akan menjelaskan wacana bagaimana islam melihat dan menilai wacana pergaulan bebas dizaman kini ini. Dan juga membahas permasalahan-permasalahan apa saja yang membuat seseorang khususnya dikalangan dewasa ketika ini, semoga tahu mana pergaulan-pergaulan yang tidak melanggar dan tidak bertentangan oleh agama, khususnya agama Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pergaulan bebas?
2. Pacaran yaitu Pergaulan Bebas?
3. Apa etikanya pergaulan didalam islam?
4. Bagaimana pandangan agama terhadap pergaulan bebas?
5. Bagaimana akhir dari pergaulan bebas?
C. Pembahasan
1. Pengertian Pergaulan Bebas
Istilah pergaulan atau dalam bahasa Arabnya 'ikhtilat' yang membawa maksud pergaulan atau percampuran antara perempuan dan lelaki yaitu terminologi yang gres diperkenalkan dalam Islam. Istilah pergaulan atau percampuran atau Ikhtilat yaitu membawa konotasi dan makna yang tidak sesuai dengan Islam. Istilah yang sempurna ialah Liqa' (pertemuan) atau musyarakah (penyertaan) di antara lelaki danamp; wanita. pergaulan sepatutnya ditakrif sebagai batas pertemuan atau penyertaan antara lelaki dan wanita.
Di dalam dunia yang penuh dengan cabaran ini, terdapat 3 kategori atau senario pergaulan yang dihadapi oleh umat Islam, umat Nabi Muhammad S.A.W:
a. pergaulan aliran barat atau sekular. Aliran ini mahukan perempuan dan lelaki bercampur-gaul semaksimal mungkin.
b. pergaulan aliran ketimuran yang dicanang oleh Islam. Aliran ini mempunyai tafsiran tersendiri bagaimana seharusnya batas pergaulan antara jantina.
c. pergaulan aliran kejumudan. Aliran ini di mana dalam banyak masyarakat Islam kurun ini, wanitanya terpenjara dan dinafikan hak-hak mereka yang sudah dijelaskan dalam al Qur'an.
Ketiga-tiga pandangan ini yaitu pandangan yang sudah niscaya mempunyai banyak kelemahan dan mendatangkan banyak kasus kepada umat Islam.
Sebenarnya dalam Islam tidak ada istilah "pergaulan bebas", lantaran secara fitrah insan mempunyai keharusan untuk bergaul dalam interaksi sosial yang merupakan sunah sosial dan kehidupan itu sendiri. Namun sesudah masuknya budaya asing ke dalam pergaulan masyarakat muslim yang dibuat oleh kecenderungan material semata-mata dan falsafah hidup yang lahir dari bumi dan hawa nafsu, maka Islam menamakannya sebagai pergaulan bebas, bebas dari tuntunan wahyu, moral dan fitrah.
Islam telah mengatur bagaimana cara bergaul dengan lawan jenis. Hal ini telah tercantum dalam surat An-Nur ayat 30-31:
Artinya: “Katakanlah kepada orang pria yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu yaitu lebih suci bagi mereka, bekerjsama Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".(30)
Artinya: “Katakanlah kepada perempuan yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara pria mereka, atau putra-putra saudara pria mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan pria yang tidak mempunyai harapan (terhadap wanita) atau belum dewasa yang belum mengerti wacana aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya semoga diketahui aksesori yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kau sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kau beruntung.”(31)
Telah dijelaskan bahwa hendaknya kita menjaga pandangan mata dalam bergaul. Lalu bagaiamana hal yang terjadi dalam pergaulan bebas? Tentunya banyak hal yang bertolak belakang dengan aturan-aturan yang telah Allah menetapkan dalam etika pergaulan. Karena dalam pergaulan bebas itu tidak sanggup menjamin kesucian seseorang.
2. Pacaran Adalah Pergaulan Bebas
Pacaran merupakan satu konsep yang sama dengan pergaulan bebas. Dari sumber di atas kita telah mengetahui bahwa pergaulan bebas tidak mengenal batas-batas pergaulan. Para dewasa dengan bebas saling bercengkrama, bercampur baur (ikhtilat) antara lawan jenis, jadinya gampang di telusuri berkembanglah budaya pacaran.
Kecintaan terhadap lawan jenis yaitu fitrah manusia. Tetapi pacaran buakanlah wadah yang tepat. Cinta bukanlah sekedar pandangan mata ataupun kerlingan. Bukan pula lembaran surat yang berisi kebanggaan kata yang melebihi dari ikatan pernikahan, dan cinta tidak akan berakhir dengan pernikahan.
Banyak orang yang mengagungkan dan memproklamirkan kata cinta. Namun mengapa citra dan kenyataan pahit mewarnai dunia cinta. Betapa banyak cinta berujung pada pembunuhan bayi-bayi yang tak berdosa. Banyak orang yang mempunyai cinta melaksanakan hal yang keji. Cinta menjelma perceraian dan mengakibatkan suramnya masa depan generasi mendatang. Mengapa pula cinta bisa dijajakan di sembarang daerah oleh perempuan berbusana minim ? Hal-hal yang mengenaskan sekaligus memalukan itu menjadi daftar dilema yng melingkupi dunia cinta.
Sebagian orang beropini bahwa cinta bermakna kecenderungan terus menerus disertai dengan hati yang meluap-luap. Inilah yang membuat seseorang menjadi buta dan tuli. Kebutaan ini sanggup diartikan tidak lagi melihat tata nilai terutama nilai-nilai syariat islam, sehingga banyak orang menabrak nilai-nilai Islam dalam mengekspresikan cintanya. Dan yang dimaksud tuli yaitu tidak mau mendengar nasihat-nasihat agama yang seharusnya sanggup membingkai cintanya. Seperti yang telah disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW, “Kecintaanmu kepada sesuatu bisa membuat buta dan tuli.” (HR. Ahmad). Lain halnya dengan seseorang yang berada dalam wilayah tidak terlarang, mirip seseorang yang berada jauh dari rumah kemudian merindukan istrinya. Semua aktifitas tubuh kita berpotensi mengakibatkan zina ketika digerakkan atas nama syahwat yang melesat lepas dari kendali fitrah. Namun nama Allah Maha Pemurah, zina yang dilakukan selain farji tidak hingga dikenakan eksekusi cambuk. Ia masih bisa dihapus dengan taubat yang lapang dada dan ditebus dengan amal-amal shalih. Cara untuk menghindari zina yaitu dengan mengendalikan hawa nafsu dan menutup rapat-rapat pintu zina.
3. Etika Pergaulan Didalam Islam
“ Hai manusia, bekerjsama Kami membuat kau dari seorang pria dan seorang perempuan dan menjadikan kau berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kau saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kau disisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Surah Al Hujurat <49>:13).
Pergaulan yaitu salah satu cara seseorang untuk berinteraksi dengan alam persekitarannya. Bergaul dengan orang lain menjadi satu keperluan yang sangat basic, bahkan boleh dikatakan wajib bagi setiap insan yang “masih hidup” di dunia ini. Sungguh menjadi sesuatu yang aneh atau bahkan sangat pelik, kalau ada orang yang bisa hidup sendiri. Kerana memang begitulah fitrah manusia. Manusia memerlukan kehadiran orang lain dalam kehidupannya. Tidak ada mahluk yang diciptakan sama seratus peratus di dunia ini. Semuanya diciptakan Allah berbeda-beda. Meskipun ada persamaan, akan tetapi tetap semuanya berbeda.
Begitulah halnya dengan manusia, Lima milliar lebih insan di dunia ini memiliki ciri, sifat, abjad dan bentuk khas. Kerana perbedaan itulah, maka sangat perlu sewaktu dalam bergaul sesama insan akan terjadi banyak perbedaan sifat, karekter, mahupun tingkah laku. Allah mencipatakan kita dengan segala perbedaannya sebagai satu tanda wujudnya keagungan dan kekuasaan-Nya.
Maka dari itu, janganlah perbedaan menjadi penghalang kita untuk bergaul atau berinteraksi dengan persekitaran kita. Anggaplah itu merupakan kasus yang perlu, sehingga kita sanggup menyikapi perbezaan tersebut dengan sikap yang masuk akal dan adil. Kerana boleh jadi sesuatu yang tadinya kecil, tetapi kerana salah mentafsir, akan menjadi kasus yang besar. Itulah perbedaan. Tidak ada yang sanggup membedakan kita dengan orang lain, melainkan ketakwaannya kepada Allah SWT. Untuk itu, ada beberapa kasus yang perlu kita kembangkan semoga pergaulan kita dengan sesama muslim menjadi sesuatu yang indah sehingga mewujudkan ukhuwah islamiyah. Tiga kunci utama untuk mewujudkannya ialah ta’aruf, tafahum, dan takaful. Inilah tiga kunci utama yang harus kita lakukan dalam pergaulan:
a. Ta’aruf. Apa akan jadi ketika seseorang itu tidak mengenal orang lain? Adakah mereka akan saling menyapa? Adakah mereka akan saling menolong, membantu, atau memperhatikan? Atau adakah ukhuwah islamiyah akan terjalin? Begitulah, ternyata ta’aruf atau saling mengenal menjadi suatu yang wajib ketika kita akan melangkah keluar untuk berinteraksi dengan orang lain. Dengan ta’aruf kita sanggup membezakan sifat, kesukuan, agama, kegemaran, karakter, dan semua ciri khas yang ada pada diri seseorang.
b. Tafahum. Memahami, merupakan langkah kedua yang harus kita lakukan ketika kita bergaul dengan orang lain. Setelah kita mengenal seseorang pastikan kita tahu juga semua yang mereka sukai dan yang mereka benci. Inilah bahagian penting dalam pergaulan. Dengan memahami kita sanggup menilai dan menentukan siapa yang harus menjadi teman bergaul kita dan siapa yang harus kita jauhi, kerana mungkin sifatnya jahat. Sebabnya, agama kita akan ditentukan oleh agama teman rapat kita. Masih ingat ,”Bergaul dengan orang soleh menyerupai bergaul dengan penjual minyak wangi, yang selalu memberi aroma yang harum setiap kita bersamanya. Sedangkan bergaul dengan yang jahat menyerupai bergaul dengan tukang besi yang akan menunjukkan busuk asap besi ketika kita bersamanya”. Tak sanggup tidak, ketika kita bergaul bersama dengan orang-orang soleh, akan sedikit sebanyak membawa kita menuju kepada kesolehan. Dan begitu juga sebaliknya, ketika kita bergaul dengan orang yang akhlaknya buruk, niscaya akan membawa kepada keburukan sikap ( akhlakul majmumah).
c. Takaful. Setelah mengenal dan memahami, rasanya ada yang kurang kalau belum wujud sikap takaful (saling menolong) di dalam diri kita. Kerana itulah, bekerjsama yang akan mewujudkan rasa cinta pada diri seseorang kepada kita. Bahkan Islam sangat menganjurkan kepada umatnya untuk saling menolong dalam kebaikan dan takwa. Rasullullah S.A.W telah menyampaikan bahawa bukan termasuk dalam umatnya orang yang tidak peduli dengan urusan umat Islam yang lain.
Konsep Pergaulan Anjuran Islam.
Jika kita berbicara kasus pergaulan pada era globalisasi ketika dan ketika ini memang sangat rumit. Dalam arti yang lain, kita hidup dengan insan yang mempunyai prinsip dan pandangan hidup yang berbeda, bahkan masyarakat di kota-kota besar sanggup dikatakan mempunyai kecenderungan hidup bebas. Terkadang dengan kondisi mirip itu, kita menghadapi sebuah dilema bagaimana menempatkan diri dalam dunia pergaulan semoga kita sebagai muslim sanggup diterima oleh lingkungan, tetapi dalam waktu yang sama keyakinan atau syariat Islam pun tetap terjaga.
Sebetulnya, kaedah yang paling sempurna dalam pergaulan, khususnya dengan lawan jenis (berbeda jantina) yaitu pandai-pandai menempatkan diri dan menjaga hati (bergantung kepada evaluasi iman dalam situasi berkenaan). Usahakanlah untuk mengerti situasi bila kita harus serius dan bila harus santai, "think before you act" sangatlah penting. Meskipun demikian, menjaga etika pergaulan mirip menundukkan pandangan yaitu sangat dianjurkan (wajib hukumnya, dalam erti kata, tidak melihat dengan syahwat). Namun inti dari anutan ini yaitu bagaimana kita menjaga kebersihan dan kesucian hati. Istilahnya, untuk apa kita menundukkan pandangan atau menghindar dari pertemuan dengan lawan jenis kalau hati tidak kita tundukkan?
Semua bergantung pada niat kita. Contohnya, dalam suasana kerja atau organisasi di mana kita dituntut untuk berinteraksi dengan orang ramai, baik pria ataupun wanita, kita tentu saja diperbolehkan mengadakan kontak dengan lawan jenis (berbeda jantina, lelaki dengan perempuan). Pada prinsipnya, kalau maksud kita untuk kebaikan dan batasan-batasan syariat tetap dijaga, semuanya dibolehkan dalam Islam. Islam tidaklah pernah bertujuan untuk mempersulitkan sesuatu, tapi justeru mempermudahkan hidup kita. Segala yang disyariatkan sudah barang tentu demi kebaikan umat manusia.
4. Pandangan Agama Terhadap Pergaulan Bebas
Banyak hal-hal yang negatif yang ditimbulkan oleh pergaulan bebas. Ini semua telah terlukis oleh mereka di belahan bumi Barat, yang dulu mengagung-agungkan kebebasan dalam segala hal, termasuk kebebasan seks, kini mereka menjerit. Angka perceraian sangat tinggi, dan pranata komitmen nikah diragukan. Akibatnya keluarga sebagai sendi masyarakat runtuh, kemudian terjadilah dekadensi moral. Wabah AIDS menebarkan kengerian dan ketakutan lantaran semakin liarnya sikap masyarakat dalam free sex.
Apa yang terjadi di Barat sanggup kita sinyalir dari goresan pena George Balusyi dalam bukunya ; “Ledakan Seksual”, yaitu ; “pada tahun 1962, Kennedy menjelaskan, masa depan Amerika diancam bahaya, lantaran para pemudanya cenderung dan karam di dalam syahwat sehingga tidak bisa memikul tanggung jawab yang harus dipikul di atas pundaknya. Setiap tujuh perjaka yang maju untuk jadi tentara, terdapat enam perjaka yang tidak pantas dijadikan tentara. Sebab syahwat yang telah mereka lampiaskan itu, telah merusak keseimbangan hygienis dan psikis mereka”.
Budaya free sex tidak jauh berbeda dengan budaya pacaran. Dan dengan menghubungkan fakta yang terjadi di sekitar kita, banyak para perjaka dan pemudi yang mengaku dirinya muslim tetapi mereka melaksanakan perbuatan zina. Juka hal ini dibiarkan, maka akan sangat berabhaya bagi kelanjutan da’wah Islam. Betapa sedihnya kalau ummat Islam yang begitu besar tetapi budbahasa para pemudanya penuh dengan kebobrokan. Naudzubillahi min zaalik.
Beberapa pandangan agama:Pergaulan berdasarkan
a. Pandangan Islam
"Barangsiapa beriman kepada Allah s.w.t dan hari akhir, maka jangan sekali-kali beliau bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak bersama mahramnya, lantaran yang ketiganya ialah syaitan" (Riwayat Ahmad)
Pandangan Islam terhadap homoseksualitas. Al Qur'an menyebut perbuatan ini sebagai perbuatan maksiat yang melampaui batas (surat Al Ar'af 80-84):
Artinya: “Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala beliau berkata kepada kaumnya: "Mengapa kau mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu?"
Artinya: “Sesungguhnya kau mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kau ini yaitu kaum yang melampaui batas.”
Artinya: “Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: "Usirlah mereka (Lut dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; bekerjsama mereka yaitu orang-orang yang berpura-pura menyucikan diri."
Artinya: “Kemudian Kami selamatkan beliau dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya; beliau termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).”
Artinya: “Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu); maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu.”
b. Pandangan Budha
DHAMMANANNDA (1919-2002, VENERABLE DR K. SRI DHAMMANANDA NAYAKE MAHA THERA
Sebagai homoseksual dan heteroseksual, berasal dari ketidaktahuan. Itu suatu bentuk seks untuk meningkatkan nafsu tubuh, keinginan, dedikasi. Kami tidak mengutuk homoseksual yaitu salah, berdosa, tetapi kami tidak menunjukkan jalan kerana sama dengan jenis lain, kami akan keterlambatan dalam menyelamatkan diri dari samsara.
c. Pandangan Kristian
CORETAN AL-KITAB mengenai homoseksualitas
Korintus 6:9-10-"Adakah anda tidak tahu bahawa orang jahat tidak akan mewarisi kerajaan-Nya? Jangan tertipu! Baik pembunuh atau musyrik atau orang berzinah atau pria pelacur atau pencuri atau pelaku homoseksual mahupun sedekah atau pemabuk atau tukang fitnah atau penipu akan menerima bahagian dalam kerajaan-Nya."
5. Akibat Dari Pergaulan Bebas
Melakukan korelasi seks secara bebas merupakan akhir pertama dari pergaulan bebas yang merupakan bulat setan yang tidak ada putusnya dengan banyak sekali akhir di banyak sekali bidang antara lain dibidang sosial, agama dan kesehatan sebagai berikut :
a. Dalam seks bebas terkumpul majemuk dosa dan keburukan yakni berkurangnya iman si penzina, hilangnya sikap menjaga diri dari dosa, jelek kepribadian dan hilangnya rasa cemburu.
b. Seks bebas menghilangkan rasa malu, padahal dalam agama malu merupakan suatu hal yang amat ditekankan dan dianggap aksesori yang sangat indah khususnya bagi wanita.
c. Menjadikan wajah pelakunya muram dan gelap.
d. Membuat hati menjadi gelap dan mematikan sinarnya.
e. Menjadikan pelakunya selalu dalam kemiskinan atau merasa demikian sehingga tidak pernah merasa cukup dengan apa yang diterimanya.
f. Akan menghilangkan kehormatan pelakunya dan jatuh martabatnya baik di hadapan Tuhan maupun sesama manusia.
g. Tuhan akan mencampakkan sifat liar di hati penzina, sehingga pandangan matanya liar dan tidak terjaga.
h. Pelaku seks bebas akan dipandang oleh insan dengan pandangan muak dan tidak percaya.
i. Zina mengeluarkan busuk busuk yang bisa dicium oleh orang-orang yang mempunyai ‘qalbun salim’ (hati yang bersih) melalui verbal atau badannya.
D. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian sebelumnya penulis akan menyimpulkan beberapa hal, yakni sebagai berikut :
1. Istilah pergaulan atau dalam bahasa Arabnya 'ikhtilat' yang membawa maksud pergaulan atau percampuran antara perempuan dan lelaki yaitu terminologi yang gres diperkenalkan dalam Islam. Istilah pergaulan atau percampuran atau Ikhtilat yaitu membawa konotasi dan makna yang tidak sesuai dengan Islam. Istilah yang sempurna ialah Liqa' (pertemuan) atau musyarakah (penyertaan) di antara lelaki danamp; wanita. pergaulan sepatutnya ditakrif sebagai batas pertemuan atau penyertaan antara lelaki dan wanita. Islam telah mengatur bagaimana cara bergaul dengan lawan jenis. Hal ini telah tercantum dalam surat An-Nur ayat 30-31 yang sudah menjelaskan bahwa hendaknya kita menjaga pandangan mata dalam bergaul. Lalu bagaiamana hal yang terjadi dalam pergaulan bebas? Tentunya banyak hal yang bertolak belakang dengan aturan-aturan yang telah Allah menetapkan dalam etika pergaulan. Karena dalam pergaulan bebas itu tidak sanggup menjamin kesucian seseorang.
2. beberapa kasus yang perlu kita kembangkan semoga pergaulan kita dengan sesama muslim menjadi sesuatu yang indah sehingga mewujudkan ukhuwah islamiyah. Tiga kunci utama untuk mewujudkannya ialah ta’aruf, tafahum, dan takaful. Konsep Pergaulan Anjuran Islam adalah pandai-pandai menempatkan diri dan menjaga hati (bergantung kepada evaluasi iman dalam situasi berkenaan). Usahakanlah untuk mengerti situasi bila kita harus serius dan bila harus santai, "think before you act" sangatlah penting. Meskipun demikian, menjaga etika pergaulan mirip menundukkan pandangan yaitu sangat dianjurkan (wajib hukumnya, dalam erti kata, tidak melihat dengan syahwat). Namun inti dari anutan ini yaitu bagaimana kita menjaga kebersihan dan kesucian hati.
3. Ada beberapa pandangan wacana pergaulan bebas, yaitu:
a. Pandangan Islam: "Barangsiapa beriman kepada Allah s.w.t dan hari akhir, maka jangan sekali-kali beliau bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak bersama mahramnya, lantaran yang ketiganya ialah syaitan". Dan Al Qur'an menyebut perbuatan ini sebagai perbuatan maksiat yang melampaui batas (surat Al Ar'af 80-84).
b. Pandangan Budha: Sebagai homoseksual dan heteroseksual, berasal dari ketidaktahuan. Itu suatu bentuk seks untuk meningkatkan nafsu tubuh, keinginan, dedikasi. Kami tidak mengutuk homoseksual yaitu salah, berdosa, tetapi kami tidak menunjukkan jalan kerana sama dengan jenis lain, kami akan keterlambatan dalam menyelamatkan diri dari samsara.
c. Pandangan Kristian: Korintus 6:9-10-"Adakah anda tidak tahu bahawa orang jahat tidak akan mewarisi kerajaan-Nya? Jangan tertipu! Baik pembunuh atau musyrik atau orang berzinah atau pria pelacur atau pencuri atau pelaku homoseksual mahupun sedekah atau pemabuk atau tukang fitnah atau penipu akan menerima bahagian dalam kerajaan-Nya."
Dari pemaparan tersebut jadi sudah terperinci bahwa semua agama melarang untuk membudayakan pergaulan bebas.
4. Jadi dari semua pergaulan yang bersifat bebas sanggup kita simpulkan bahwa pergaulan semacam itu sangatlah merugikan diri sendiri dan orang lain. Dan sanggup menghilangkan iman kita sehingga kita akan jauh dari Allah SWT.
E. PENUTUP
Demikianlah makalah yang sanggup saya buat, semoga bisa bermanfaat pada penulis dan khususnya sanggup bermanfaat juga bagi para pembacanya. Saya menyadari kalau makalah yang saya buat banyak kekurangannya, maka dari itu kritik dan saran dari pembaca sanggup membangun sebagai materi perbaikan pada makalah selanjutnya. Kurang lebihnya mohon maaf.
F. DAFTAR PUSTAKA
Sultoni, Wahyu Bagja, 2007; Ilmu Sosial Dasar. Bogor; STKIP Muhamadiyah.
http://islam.my.tripod.com/Mypage/bergaul.htm
Al-Makatti, Abdurahman, 2001; Pacaran Dalam Kacamata Islam. Jakarta; Media Dakwah.
http://id.shvoong.com/humanities/1775913-etika-pergaulan-menurut-islam/
Advertisement